1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ancam Kesuburan Pria, Perubahan Iklim Dorong Kepunahan

17 November 2018

Peneliti semakin mendalami studi penting tentang konsekuensi perubahan iklim atas kesuburan pria. Apakah hal yang jadi potensi penyebab kepunahan dan berkurangnya biodiversitas ini, juga mengancam manusia?

https://p.dw.com/p/38JDA
Sperma
Foto: picture-alliance/dpa/LEHTIKUVA/M. Kainulainen

Pria sudah lama sadar akan bahaya yang mengancam jika terlalu sering membiarkan organ reproduksi mereka terkena suhu tinggi. Misalnya dengan duduk terlalu lama sambil memangku laptop, atau duduk di sauna yang bersuhu tinggi, dan mengantongi telefon seluler yang panas. Sebuah penelitian terbaru menunjukkan, akibat perubahan iklim, kepunahan mengancam spesies tertentu. Bagaimana dengan spesies manusia?

Bumi memanas, kelahiran menurun

Saat ancaman harian atas organ reproduktif bisa diperangi dengan akal sehat, bagaimana caranya menghindari bahaya di dunia yang semakin hangat akibat perubahan iklim?

Juli 2018, Alan Barreca, pakar ekonomi lingkungan dari University of California menerbitkan studi yang menunjukkan, perubahan drastis suhu terkait perubahan iklim menyebabkan berkurangnya jumlah kelahiran, walaupun aktivitas seksual meningkat di masa musim panas.

Baca juga:

 Rokok Merusak Sel Sperma

Enam Hal yang Bisa Anda Lakukan untuk Mencegah Terjadinya Bencana Iklim

Studinya didasari data tentang jumlah kelahiran dan iklim selama 80 tahun di AS. Studinya membenarkan, lebih banyak bayi dilahirkan antara Agustus dan September (sembilan bulan setelah musim dingin). Sementara jumlah bayi yang mulai dikandung di musim panas lebih sedikit, akibat suhu yang tinggi.

Peneliti memperkirakan, sesering apa dan seberapa tingginya suhu gelombang panas, akan mempercepat menurunnya kesuburan. Akibat perubahan iklim, suhu tinggi dan gelombang panas akan semakin sering.

Merusak bibit kehidupan

Tetapi dampak perubahan iklim pada manusia ini hanya sebagian kecil dari masalah yang lebih besar lagi. Riset yang dilakukan di University of East Anglia, menunjukkan "bukti jelas" bahwa stres akibat gelombang panas mengurangi "jumlah sperma dan kelangsungan hidupnya" pada serangga, mahluk hidup yang paling menyebar ke berbagai tempat.

"Suhu tinggi tidak baik buat kesuburan pada mahluk hidup berdarah hangat yang berjenis kelamin jantan," kata Matthew Gage.

Baca juga:

  Viagra Bantu Pertumbuhan Janin

Kenaikan Suhu Global Berpotensi Gandakan Angka Kematian di Asia Tenggara

Namun demikian, manusia dan hewan lain yang berdarah hangat bisa meregulasi sistem reproduksi internalnya. Artinya, sperma mereka masih terlindungi di suhu panas, demikian Gage.

Ia menambahkan, namun demikian, karena gelombang panas semakin sering terjadi, sejumlah peneliti mulai memperhatikan organisme berdarah dingin seperti serangga, yang menjadi kelompok terbesar dalam biodiversitas bumi.

Setelah menempatkan kumbang yang berkembang biak dengan baik di kawasan tropis di bawah stres suhu tinggi, mereka menemukan bukti bagi dugaan mereka tentang hilangnya kesuburan. Mereka juga mencatat adanya kerusakan pada organ reproduksi hewan jantan dan dampaknya di tiap generasi. Itu bisa jadi penjelasan, mengapa semakin banyak spesies punah.

Menjelaskan hilangnya biodiversitas

Apakah ini penyebab berkurangnya populasi dan inti kepunahannya akibat perubahan iklim? Gage mengungkap, "Yang jelas, kalau mahluk hidup tidak begitu bisa berkembang biak, itu tidak akan membantu kelangsungan hidup spesies."

Memang gelombang panas akan surut dan mahluk hidup bisa selamat, kata Gage, "tapi ini tidak bisa memperbaiki sperma yang rusak akibat gelombang panas."

Setelah meneliti serangga yang terkena gelombang panas, Gage mengungkap, anak-anak serangga itu hidup tidak selama biasanya dan kemampuan reproduksinya rendah.

Kaitan biodiversitas dengan planet yang panas menyebabkan keresahan. Apalagi jika diingat bahwa semua organisme hidup dalam saling ketergantungan agar bisa selamat. Tanpa serangga yang melakukan polinasi, makanan manusia berkualitas buruk.

Jika terbukti bahwa bumi yang makin panas menyebabkan kerusakan pada bibit kehidupan, penemuan para pakar bisa jadi alasan kuat untuk meningkatkan tindakan untuk memerangi perubahan iklim. (ml/vlz)