1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Ehud Olmert dan Husni Mubarak

5 Januari 2007

Pengerahan pasukan keamanan Israel di Ramallah menempatkan Husni Mubarak di situasi yang sulit.

https://p.dw.com/p/CP9x
Foto: AP

Operasi militer yang terjadi sebelum pembicaraan kedua politisi ini terlihat seperti sebuah serangan. Bersamaan dengan dimulainya perundingan ini muncul sebuah pernyataan yang disebarluaskan melalui kantor berita milik pemerintahan Mesir: Presiden Mubarak mengecam operasi militer Israel. Israel tidak akan mendapatkan keamanannya melalui dominasi militer, demikian Mubarak. Ia menegaskan, operasi ini harus segera dihentikan.

Dalam konfrensi pers yang diadakan setelah pembicaraan, Olmert menyesali hal yang ia sebut „insiden tak terencana“ ini. tetapi ia juga menjelaskan bahwa operasi militer ini akibat ulah militan Palestina. Ia berkewajiban melindungi kehidupan rakyat Israel. Komentar Olmert:

„Kunci untuk kemajuan ke arah perdamaian antara Israel dan Palestina adalah penghentian secara menyeluruh semua aksi teror oleh organisasi-organisasi teror.“

Sebelumnya Olmert telah menjelaskan organisasi mana saja yang ia maksud. Sampai sekarang, prajurit Israel Gilad Shalit ditahan oleh kelompok Hamas yang tidak mengakui negara Israel, demikian dikatan Olmert.

Dalam konfrensi pers ini Mubarak mengulang kecamannya terhadap operasi militer Israel. Presiden Mesir menambahkan, operasi teror apa pun tidak bisa ditolerir. Baik di kawasan Palestina maupun di kawasan Israel. Tujuan utama adalah perdamaian, kata Mubarak.

Kedua politisi ini juga membahas soal penyelundupan senjata melalui perbatasan Mesir ke jalur Gaza. Mubarak berkata, Mesir dan Israel akan melakukan yang terbaik untuk mencegah pengiriman ilegal ini. Tetapi di negara manapun tidak ada cara untuk menghindari penyelundupan senjata 100%. Mubarak tidak menyinggung soal warga Palestina dan politisi Hamas yang membawa banyak uang ke Jalur Gaza kalau mereka datang dari Mesir. Olmert sebelumnya telah menyerukan untuk menghentikan arus uang ini. Sebaliknya Mubarak menekankan, bahwa undang-undang Mesir mengijinkan lalu lintas uang, selama dibertahukan ke petugas pabean.

Kedua politisi juga mengungkapkan minat besar mereka atas pertukaran tahanan antara Palestina dan Israel. Tetapi rincian dari pertemuan ini tidak diumumkan.