1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Doha Mengenai Libya

12 April 2011

Di Doha Rabu (13/04) sebuah kelompok internasional yang mengurus masalah Libya akan bertemu, setelah penengahan bagi perdamaian oleh Liga Arab gagal. Pesertanya antara lain Liga Arab, AS, Inggris dan Jerman.

https://p.dw.com/p/10s8o
Libyan soldiers march under a poster of Libyan leader Moammar Gadhafi as they wait for African leaders coming to Libya to find a road map to a cease-fire in Tripoli's airport, Libya, Sunday, April 10, 2011. (AP Photo/Pier Paolo Cito)
Dua tentara Libya di depan poster Muammar Gaddafi di Tripoli ketika menunggu kedatangan para wakil Uni Afrika (10/04)Foto: dapd

Rejim Gaddafi merasa tambah kuat setelah upaya pencengahan yang dilakukan Uni Afrika gagal. Menteri Luar Negeri Libya kini memberikan peringatan kepada Uni Eropa dan Dewan Keamanan PBB. Mereka akan menggerakkan warga sipil bersenjata terhadap semua orang, yang berusaha mendekati kota Misrata dengan alasan akan memberikan bantuan kemanusiaan. Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Libya, seperti dilaporkan kantor berita milik pemerintah.

From left : South African President Jacob Zuma, Congo's President Denis Sassou-Nguesso, Libyan leader Moammar Gadhafi, Mauritania President Mohamed Ould Abdel Aziz and African-Union Commissioner John Bing stand outside a tent in Tripoli, Libya, Sunday, April 10, 2011. Envoys from the African Union, including South African president Jacob Zuma , are to hold talks with Gadhafi and rebels during a two-day visit beginning Sunday, as the African Union made a new call for a ceasefire between Colonel Gadhafi's forces and Libyan rebels. (AP Photo/Pier Paolo Cito)
Pertemuan antara para wakil Uni Afrika dan Muammar Gaddafi (10/04) di TripoliFoto: AP

Peringatan untuk Tidak Dekati Misrata

Kota Misrata terletak sekitar 210 km di sebelah timur kota Tripoli dan sudah dikepung serta ditembaki pasukan Gaddafi sejak beberapa pekan lalu. Hanya Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang tidak akan merasakan "perlawanan besar", yang disebut-sebut departemen luar negeri sebagai ancaman. Selasa kemarin (12/04) para menteri luar negeri Uni Eropa berdiskusi di Luksemburg tentang penempatan militer untuk menjaga keamanan pemberian bantuan kemanusiaan.

Pembelot dari Libya yang paling prominen, yaitu mantan menteri luar negeri Moussa Koussa, menuntut agar eskalasi pertempuran dicegah. Itu disampaikannya dalam program bahasa Arab di televisi Inggris BBC. Ia mengatakan, "Saya menyerukan semua pihak untuk mencegah perang saudara dan pertumpahan darah. Jika itu terjadi, maka Libya akan menjadi Somalia kedua."

Pentingnya Persatuan Nasional

Libya's Foreign Minister Moussa Koussa reads a statement to foreign journalists at a hotel in in Tripoli, Friday March 18, 2011. We decided on an immediate ceasefire and on an immediate stop to all military operations," he told reporters. "(Libya) takes great interest in protecting civilians," he said, adding that the country would also protect all foreigners and foreign assets in Libya. The U.N. Security Council voted early Thursday evening on a resolution that imposes a no-fly zone and also authorize U.N. member states to take "all necessary measures" to protect civilians from attacks by Muammar Qaddafi's forces.(Foto:Jerome Delay/AP/dapd)
Mantan Menlu Libya Moussa KoussaFoto: dapd

Penjagaan persatuan nasional harus menjadi dasar berbagai upaya untuk menyelesaikan konflik, demikian Koussa. Mantan menteri luar negeri itu melarikan diri ke Inggris lewat Tunisia Maret lalu. Wawancara dengan BBC tersebut adalah kehadirannya yang pertama di muka publik sejak membelot. Selasa kemarin (12/04) Koussa mengadakan perjalanan ke Doha, untuk berbicara dengan wakil pemerintah Qatar. Hari ini ia akan ikut serta dalam pertemuan dengan Liga Arab, AS, Inggris dan Jerman.

Pernyataan jelas juga diberikan seorang pembelot lainnya. Ali Aujali, yang dulu menjadi Duta Besar Libya di AS mengatakan dalam sebuah konferensi pers di Washington. "Tidak mungkin, bahwa rakyat Libya bisa menerima, jika Gaddafi atau sebagian keluarganya menentukan masa depan Libya. Tidak mungkin. Gaddafi adalah orang yang berbahaya. Ia tidak akan pernah, tidak akan pernah, membiarkan rakyat Libya menikmati apapun. Apapun! Selama ia masih ada, selama ia masih dapat melakukan sesuatu. Ia tidak boleh tetap berada di Libya."

Menlu Perancis Alain Juppé
Menlu Perancis Alain JuppéFoto: AP

Dengan kata-kata itu, Aujali membenarkan tuntutan pemberontak di Benghazi, bahwa Gaddafi dan anak-anaknya harus sesegera mungkin meninggalkan Libya.

Kritik terhadap NATO

Sementara itu Perancis dan Inggris menuduh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) bertindak kurang tegas terhadap pasukan Gaddafi. Itu dikatakan Menteri Luar Negeri Perancis Alain Juppé dalam wawancara dengan radio France Info. Menurutnya, NATO harus menjalankan perannya sebaik mungkin. Mengingat pasukan Gaddafi terus menyerang pemberontak, senjata berat militer harus dihancurkan. Pernyataan serupa juga diberikan Menteri Luar Negeri Inggris William Hague. Ia mengatakan, negaranya sudah menyediakan jet tempur tambahan.

Jürgen Stryjak / Marjory Linardy

Editor: Renata Permadi