1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertempuran Hebat di Bani Walid

11 September 2011

Kelompok pemberontak Libya bergabung dalam perang merebut Bani Walid. Setelah sebelumnya pimpinan dewan transisi nasional, NTC, memperingatkan bahwa Gaddafi masih merupakan ancaman bagi Libya.

https://p.dw.com/p/12WxS
Pemberontak bersiap menyerang Bani WalidFoto: dapd

Pasukan Muammar Gaddafi meluncurkan roket dan mortir untuk menahan para pemberontak yang mencoba masuk dari wilayah utara Bani Walid. Sekelompok dari pejuang NTC berkumpul di basis militer, tujuh kilometer dari Bani Walid. Menurut kantor berita Reuters, pesawat tempur NATO telah melancarkan setidaknya tujuh serangan ke wilayah tersebut, Sabtu (10/9). NATO tidak mau menanggapi berita tersebut.


Pendukung Gaddafi di Bani Walid Bertambah Banyak

Rencana awal adalah, pemberontak memasuki kota dengan 100 ribu penduduk tersebut untuk meyakinkan warga dan pejuang Gaddafi agar meletakkan senjata mereka dan berdiam di dalam rumah. Tetapi, menurut para pejabat NTC, mulanya mereka memperkirakan hanya akan berhadapan dengan 150 pendukung Gaddafi. Kini mereka mengatakan, jumlahnya mencapai 1000 orang setelah datang pasukan tambahan dari Sirte dan Sabha. Mohamed Ibrahim, seorang pejuang lokal anti Gaddafi mengatakan, banyak terjadi serangan roket dan mortir. Ia juga mengakui, bahwa pasukan Gaddafi punya pengalaman lebih dibandingkan kelompok pemberontak. NTC telah memberikan kesempatan untuk menyerah bagi para pendukung Gaddafi di Sirte, Sabha dan Bani Walid hingga Sabtu kemarin (10/9). Walaupun pertempuran di sekitar Sirte dan Bani Walid meledak sehari sebelum batas waktu berakhir.

NTC Harus Taklukkan Bani Walid

Penting bagi NTC untuk memenangkan Bani Walid dan menghentikan pengaruh Gaddafi di Libya agar bisa segera memulai persiapan pemilihan umum dan perancangan konstitusi baru. Ketua NTC Mustafa Abdel Jalil, bekas menteri kehakiman era Gaddafi yang menjalankan pemerintahan transisi dari Benghazi, untuk pertama kalinya tiba di kota Tripoli hari Sabtu kemarin (10/9). Abdel Jalil menyatakan, "Sudah waktunyanya untuk persatuan dan pembebasan." NTC juga menegaskan, bahwa pekan ini perpindahan ke Tripoli akan dituntaskan. Pendirian pemerintahan transisi yang terpercaya di ibukota akan menandai langkah penting bagi Libya, dimana persaingan regional dan golongan bisa menyulitkan proses membentuk negara baru. NTC tidak sabar menunjukkan, bahwa mereka bisa memulai kembali produksi minyak yang terhenti sejak perang saudara dimulai enam bulan lalu.

rtr / afp / dpa / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Edith Koesoemawiria