1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perlawanan Hisbullah Gigih

27 Juli 2006

Konferensi mengenai Libanon di Roma hanya menghasilkan tuntutan pada Israel dan Hisbollah agar melakukan gencatan senjata.

https://p.dw.com/p/CPD1
Pimpinan Hisbullah Nasrallah mengancam memperluas serangan roket ke Israel
Pimpinan Hisbullah Nasrallah mengancam memperluas serangan roket ke IsraelFoto: picture-alliance/ dpa

Sementara di Roma dirembukkan mengenai kemungkinan perdamaian, di Libanon pertempuran terus berkecamuk. Pasukan Israel berupaya keras untuk menduduki kota Bint Jbail di Libanon tanpa mempedulikan kerugian yang diderita. Walaupun memiliki keunggulan teknis dan personal, Israel belum berhasil.

Pemancar televisi Arab menyebutkan 13 tentara yang tewas, tetapi Hisbullah memperkirakan jumlah tentara Israel yang tewas atau cedera berkisar pada 35 orang. Pasukan perintis Israel dikatakan terjebak dan kendaraan mereka dimusnahkan. Pasukan Israel bahkan tidak dapat menyelamatkan mereka yang terluka dan berteriak minta tolong.

Walaupun pembeberan itu mungkin diwarnai propaganda, tetapi tidak dapat disangkal, perlawanan Hisbullah jauh lebih gigih dari yang diperkirakan. Milisi Hisbullah sendiri mengaku korban yang jatuh di pihaknya berjumlah 10 orang, sedangkan militer Israel menyebutkan jumlah gerilyawan yang tewas mencakup 30 orang. Dalam pidatonya lewat televisi, pemimpin Hisbullah, Nasrallah menegaskan, Israel tidak akan berhasil menundukkan milisinya:

"Kami bukan tentara biasa dan tidak punya garis perbatasan yang umum. Kami melakukan perang gerilya. Artinya kami dapat menentukan sejauh mana kami dapat merugikan Israel. Sejauh apa pun pasukan Israel memasuki Libanon, mereka tidak akan mencapai tujuannya. Israel tidak dapat merintangi kami untuk menyerang pemukiman di wilayah Palestina yang diduduki. Serangan-serangan kami akan terus berlanjut, tanpa mempedulikan penyerbuan Israel."

Kenyataannya pemerintah Israel kembali menyatakan bahwa pembuatan jalur keamanan di selatan Libanon sebagai sasaran yang hendak dicapai. Angkatan udaranya melakukan lebih dari 50 serangan, dan salah satunya menghancurkan sebuah markas tentara helm biru PBB. Empat petugas tewas. Sekjen PBB Kofi Annan menyebutnya sebagai kesengajaan. Hal mana dibantah dengan marah oleh Israel. Regu-regu penyelamat mengeluh, bahwa pemboman berkesinambungan itu tidak memungkinkan mereka untuk menyelamatkan korban yang mungkin masih hidup di bawah reruntuhan puing.

Sedangkan konferensi mengenai Libanon di Roma, berakhir tanpa hasil yang konkrit. Dari tempat persembunyiannya di Libanon, pimpinan Hisbullah, Nasrallah terdengar pantang menyerah. Mengenai perundingan perdamaian dikatakannya:

"Kami tak akan pernah menerima persyaratan yang merendahkan derajat negeri, bangsa atau perjuangan kami. Kami tidak akan pernah menerima rumusan yang melanggar kepentingan nasional dan kebebasan kami. Terutama setelah sedemikian banyak pengorbanan yang diberikan dan dengan terus berlangsungnya konfrontasi, jumlah korban masih akan terus bertambah."