1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kriminalitas

Peretas Curi Data Jutaan Pelanggan Ponsel Malaysia

1 November 2017

Malaysia mengalami kebocoran data digital paling besar dalam sejarah. Informasi pribadi milik 46,2 juta pengguna dikabarkan raib dicuri peretas dan dijual di jejaring gelap dunia maya.

https://p.dw.com/p/2mqvt
Symbolbild Cyberkriminalität
Foto: picture-alliance/dpa/O.Berg

Malaysia menyelidiki dugaan percobaan penjualan data telepon seluler milik 46,2 juta konsumen. Nomer telepon, alamat dan data identifikasi dari 12 operator dilaporkan bocor dan ditawarkan untuk dijual. Kabar tersebut pertamakali dipublikasikan Lowyat.net, sebuah situs berita teknologi lokal.

Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC) menggandeng kepolisian untuk menyelidiki kebocoran tersebut, kata Menteri Komunikasi dan Multimedia Salleh Said Keruak. "Kami sudah mengidentifikasi beberapa sumber kebocoran dan akan merampungkan penyelidikan dalam waktu dekat," katanya.

Pakar keamanan siber mengklaim data-data yang bocor bisa digunakan kelompok kriminal untuk membuat kartu identitas palsu dan menggunakannya buat berbelanja online. "Para peretas ini memiliki informasi berkualitas seperti tanggal kelahiran, nomer kartu identitas, nomer telepon, alamat email dan kata kuncinya," kata Justin Lie, Direktur Cashshield, perusahaan Singapura yang bergerak di bidang keamanan siber.

Data yang bocor awalnya akan dijual di beberapa forum bawah tanah seharga 1 bitcoin yang setara dengan 6.500 Dollar AS. Setidaknya salah seorang pengguna menempatkan tautan menuju laman unduh secara gratis yang bisa diakses semua orang. Seorang peneliti keamanan siber asal Singapura mengaku melihat 10 pengguna lain sedang aktif di forum tersebut dan mengunduh data sebelum tautannya ditutup.

"Dari diskusi di jejaring gelap terlihat ketertarikannya sangat besar," ujar pria yang enggan disebut namanya itu.

Populasi Malaysia sendiri hanya berkisar 32 juta orang. Namun banyak yang memiliki beberapa ponsel sekaligus. Data yang bocor diyakini juga menyimpan nomor dan informasi sementara yang didaftarkan atas nama wisatawan asing. "Data yang dicuri ini bisa berdampak pada hampir semua penduduk Malaysia," kata Bryce Boland, Direktur Teknologi FireEye di Asia Pasifik.

Tidak jelas berapa banyak data milik pelancong asal Indonesia yang dicuri oleh peretas tersebut.

rzn/yf (rtr,ap,thestar)