1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perempuan dalam Kancah Politik Nigeria

5 Oktober 2009

Hanya enam persen prosentase perempuan yang menduduki posisi sebagai menteri di pemerintahan pusat dan pemerintahan negara bagian. Sementara di parlemen, perempuan menjadi minoritas bahkan nyaris disebut tidak ada.

https://p.dw.com/p/Jy43
Foto: AP Graphics

Agama dan adat, itulah yang menjadi halangan perempuan untuk berkiprah di panggung politik Nigeria. Terutama di wilayah utara Nigeria, kegiatan utama perempuan adalah mengurus rumah tangga dan keluarga. Jarang sekali orang tua yang menyiapkan anak perempuannya untuk kuliah di perguruan tinggi. Banyak perempuan yang akhirnya tidak percaya diri dan tidak cukup memiliki pengetahuan untuk memasuki kancah politik.

Pemimpin organisasi “Aksi Jender dan Pembangunan” Ada Agina-Ude juga melihat halangan yang lebih besar. „Masalah yang terdapat dalam politik di Nigeria, tidak hanya masalah budaya, yang saya pikir, lebih parah di utara. Tapi masalah utamanya tersembunyi pada umumnya di dalam partai politik dan sistem pemilu. Yaitu, perempuan tersisihkan di politik dan itu tidak berkaitan dengan batasan etnik atau regional.“

Maksud aktivis hak perempuan ini adalah, mereka yang memiliki kekuasaan, pengaruh, jaringan, dan uang, merekalah yang menguasai politik Nigeria. Siapa yang ingin berkarir di politik, dia memerlukan dukungan orang yang disebut sebagai “orang tua angkat“. Maksudnya adalah pengusaha yang berpengaruh atau pemimpin agama, yang mendanai kandidat politisi. Namun sebagian besar tidak mau mendukung kandidat perempuan. Belum lagi, partai dituduh tidak punya rencana serius dengan mendukung perempuan dan mereka menolak kehadiran perempuan dalam parlemen. Oleh sebab itu, ruang gerak perempuan dalam politik di Nigeria lebih sempit.

Banyak laki-laki dan juga perempuan Nigeria memandang bahwa perempuan bukanlah bagian dari politik. Banyak politisi laki-laki juga menggunakan segala cara agar politisi perempuan saingannya tidak menduduki posisi penting.

Steuber/Luky Setyarini

Editor: Yuniman Farid