1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perekonomian Suriah Menuju Kehancuran

14 Februari 2012

Uni Eropa telah lama menghentikan suplai minyak dari Suriah dan juga membekukan aset milik puluhan pendukung rezim Presiden Assad.

https://p.dw.com/p/1431B
Foto: Reuters/Handout

Dua tahun lalu, delapan juta wisatawan datang mengunjungi Suriah. Pemerintah mengharapkan kenaikan 30 persen di tahun berikutnya. Akan tetapi, kini industri parawista Suriah jatuh terpuruk. Bukan saja kota antik Palmyra yang sudah lama terlihat sepi, tapi juga pasar-pasar di kota tua Damaskus, di sekitar Mesjid Ummayyah yang terkenal itu. Menurut perhitungan resmi, sejak timbulnya pemberontakan terhadap rezim Assad, bisnis parawisata Suriah anjlok dua pertiganya.

Sanksi Tidak Membuat Assad Takut

Suriah kini semakin tenggalam dalam kekacauan. Sanksi negara-negara Arab dan Barat telah menunjukkan dampaknya. Uni Eropa, pembeli tunggal minyak Suriah, menghentikan impor mereka sejak lima bulan lalu. Akibatnya, diperkirakan Suriah mengalami kerugian sebesar dua milyar Euro. Kemunduran perekonomian ditaksir mencapai hingga 15 persen. Di pasar gelap, nilai mata uang Suriah Pound turun setengahnya.

Gewalt in Syrien Damaskus
Kekerasan juga menyelimuti ibukota DamsakusFoto: dapd

Bagaimanapun kenyataan yang dihadapi negaranya Presiden Assad masih tetap bergeming menghadapi tuntutan pemberontak dan juga saksi-sanksi luar negeri, “Embargo kalian tidak membuat kami takut atau menjatuhkan kami. Kami tidak menjual kehormatan kami."

Kerjasama Luar Negeri Dihentikan

Perekonomian Suriah kini menuju kehancuran. Sebelum pemberontakan meledak, 30 persen warga Suriah sudah hidup dengan penghasilan tidak lebih dari satu Euro perhari. Inflasi terus membumbung, harga bahan makanan naik dua kali lipat, solar dan barang impor jumlahnya terbatas. Bahkan di ibukota Damaskus, setiap harinya aliran listrik dipadamkan selama tiga jam. Bantuan luar negeri, juga bantuan Jerman, dihentikan dan staf ahli luar negeri ditarik dari Suriah.

Menteri Bantuan Pembangunan Jerman Dirk Niebel mengatakan, "Sudah lama kami tidak bekerjasama lagi dengan pemerintah Suriah. Hanya di dua bidang kami masih bekerja dengan staf lokal, di proyek pembangunan sekolah di kamp pengungsi Palestina dan pada penyediaan air bersih bagi warga. Karena hal ini bermanfaat langsung bagi warga bukan bagi pemerintah."

Assad Tetap Bertahan

Treffen Iran Syrien Ahmadinedschad Assad
Presiden Iran Ahmadinedja (kanan), salah seorang mitra dekat AssadFoto: AP

Akan tetapi, tampaknya perusahaan-perusahaan Jerman melihat situasi di Suriah belum terlalu membahayakan. Misalnya saja, bulan Oktober tahun lalu, Siemens telah menandatangani kontrak sebesar 300 juta Euro bagi pembangkit listrik Nasiriyah dekat Damaskus. Juga masih banyak perusahaan kecil yang tetap melanjutkan bisnisnya dengan Suriah.

Dan sampai sekarang, tidak terlihat bahwa Presiden Assad akan menyerah terhadap tuntutan warga dan juga tidak terlihat akan melemah akibat sanksi-sanksi yang dijatuhkan. Assad masih bertahan berkat bantuan mitra baiknya dan kekuatan yang tersembunyi.

"Sebagai negara kecil, kami merupakan produsen minyak zaitun terbesar ke-lima di dunia. Juga produksi gadum kami teratas. Kami memiliki tanah, petani dan hujan. Kami tidak perlu lebih.“ Pernyataan Presiden Assad ini terdengar seperti hanya untuk menghibur diri.

Ulrich Leidholdt/Yuniman Farid

Editor: Ayu Purwaningsih