1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perdebatan Teknologi Fracking di Jerman

Frank Grotelüschen15 Maret 2013

Fracking menjadi tema perdebatan paling sengit, menyangkut perolehan energi. Dengan teknik ini, gas bumi ditambang dari lapisan bawah tanah dengan bantuan injeksi bahan kimia berracun.

https://p.dw.com/p/17xXJ
Foto: DW/D.Cheslow

Fracking atau teknologi hidrolika patahan, adalah proses penambangan gas bumi dengan injeksi fluida tekanan tinggi secara horisontal ke lapisan batuan cebakan gas atau minyak. Media injeksi yang digunakan adalah air, pasir atau butiran keramik khusus dan cairan kimia.

Di Amerika Serikat, sejak lebih dari sepuluh tahun dilakukan sekitar 1 juta kali proses fracking . Sekitar 30 persen produksi gas AS diperoleh dari proses fracking lapisan lempungan. Dampak dari boom tersebut, di wilayah seperti Texas lokasi pemboran saling berhimpitan.

Masalahnya, tidak setiap lubang pemboran diisolasi secara profesional. Dari beberapa lubang pengeboran bocor gas metana dan diduga mencemari sumber air minum hingga tidak bisa digunakan lagi.

Perdebatan di Jerman

Juga di Jerman terdapat cebakan gas di lapisan lempungan itu. Jerman kini bermaksud menaikan produksi gas bumi yang terus menurun dengan menggunakan cara fracking.

Perusahaan gas seperti ExxonMobil telah mengajukan permohonan untuk menguji coba fracking di negara bagian Niedersachsen dan Nordrhein-Westfalen. Namun, permohonan segera ditanggapi gelombang protes. Warga Jerman khawatir negaranya akan mengalami pencemaran lingkungan seperti yang terjadi di AS.

Protest Fracking Februar 2011
Protes anti fracking di JermanFoto: picture-alliance/dpa

Alasan yang diajukan para pemrotes antara lain, bahan kimia yang digunakan untuk fracking berracun dan bisa mencemari sumber air minum, dan teknologi fracking membutuhkan lebih banyak lokasi pemboran dibandingkan penambangan gas konvensional.

Namun, sejumlah pakar meragukan, bahwa pencemaran sumber air minum di AS disebabkan oleh fracking. Menurut mereka, gas metana masuk ke air minum karena pemboran yang tidak benar atau karena proses pembusukan alami di dalam tanah. Lagipula, standar lingkungan dan keamanan di AS lebih longgar dibandingkan di Jerman. Lembaga yang mengawasi proses fracking dianggap kewalahan.

Diawasi Ketat

Berdasarkan berbagai evaluasi yang dilakukan, diputuskan fracking di Jerman hanya boleh dilakukan di bawah pengawasan ketat. Bahan kimia berracun harus digantikan zat yang tidak berbahaya. Proses yang telah diuji coba adalah dengan mensterilkan air injeksi dengan radiasi ultraviolet, bukannya menggunakan bahan kimia sucihama. Kedua cara ini mencegah perkembang biakkan bakteri yang tidak diinginkan di bawah tanah.

Hasil evaluasi juga menuntut keterangan analisis geologi sebelum dilakukannya proses fracking. Setiap lapisan tanah akan diperiksa secara seksama, mulai dari ketebalan hingga jarak ke sumber air tanah. Fracking tidak boleh dilakukan di lokasi yang dianggap riskan secara geologis.

Kalau masalah fracking sudah ditemukan solusinya, pertanyaan berikutnya adalah apakah fracking benar-benar menguntungkan bagi Jerman. Menurut lembaga Jerman untuk ilmu geologi dan bahan mentah (BGR) di Hannover, cadangan gas di lapisan lempungan di Jerman, ada sekitar 1,3 milyar kubik meter. Volumenya, empat kali lebih banyak dari cebakan gas bumi konvensional dan cukup untuk menyuplai warga Jerman selama lebih dari sepuluh tahun.

Para pengeritik tidak yakin, sumber gas tersebut bisa dimanfaatkan secara ekonomis kalau pun fracking diijinkan. Karena dengan standar keamanan dan perlindungan lingkungan yang diperketat, akan dibutuhkan dana yang sangat besar dan waktu yang lebih lama, hingga harga gas tetap akan mahal.