1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perangi Kemiskinan, Isu Lingkungan Hidup Harus Dikedepankan

24 Februari 2010

Berbagai gejala alam yang tidak biasa di tahun-tahun belakangan menunjukkan begitu luasnya dampak perubahan iklim. Yang juga sangat mengkhawatirkan adalah ancaman serius terhadap keanekaragaman hayati.

https://p.dw.com/p/MAEb
Simbol kemiskinan, rusaknya lingkungan berakibat berkurangnya pula bahan panganFoto: picture-alliance/ dpa/dpaweb

Menjelang akhir abad ini, lebih dari 50.000 jenis tumbuhan akan mengalami kepunahan, dan hampir 4.000 spesies vertebrata endemic berpotensi hilang. Sementara sekitar 60 persen ekosistem dunia dari hutan dan lahan sampai karang laut serta sabana akan mengalami kerusakan serius. Demikian peringatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang disampaikan dalam pidato pembukaan Pertemuan Sesi Khusus ke-11 Global Ministerial Enviroment Forum atau Forum Global Para Menteri Lingkungan Hidup di Nusa Dua Bali.

Dari segi sosial, menurut Presiden Yudhoyono, penuntasan kemiskinan bisa mengalami hambatan besar karena penurunan nilai dan pertumbuhan ekonomi akibat penyusutan kekayaan alam. ”Padahal tanpa suplai dari sumber daya laut separuh dari umat manusia akan mengalami kelaparan. Pada tahun 2008, nilai ekonomi yang hilang diperkirakan mencapai 50 miliar Dollar Amerika. Akibatnya sangat jelas kita tidak dapat mengurangi tingkat kemiskinan secara efektif. Kita juga tidak mungkin dapat mencapai tujuan pembanguan milinium,” dikatakan Yudhoyono.

Susilo Bambang Yudhoyono mengusulkan kepada seluruh negara di dunia untuk mulai mengubah model dan strategi pembangunan global menjadi pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan guna mewujudkan pembanguan berkelanjutan.

Di sisi lain, menurut ketua dewan pengelola Forum Global Menteri Lingkungan Hidup Oliver Dulic, yang sangat mendesak saat ini adalah bagaimana menyiapkan jawaban atas permasalahan lingkungan di masa depan sehingga kerusakan yang lebih parah dapat dicegah.

Sekjen PBB Ban Ki Moon yang tidak bisa hadir langsung, memberikan sambutan tertulis yang dibacakan Wakil Direktur Eksekutif badan PBB untuk program lingkungan UNEP, Angelina Cropper. Antara lain ia menyatakan, ”Ruang kesempatan untuk melestarikan cadangan modal alam kita berkurang secara sangat cepat. Peningkatan konsumsi dan percepatan perubahan iklim, juga bisa berakibat pada mundurnya lagi berbagai pencapaian yang sudah berhasil diraih sebelumnya melalui program-program Tujuan Pembangunan Milenium. Jurang antara tekad mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan dengan hasil yang dicapai, masih terlalu lebar.”

Sedangkan Direktur Eksekutif UNEP Achim Steiner memperingatkan lembaga-lembaga internasional dan para menteri lingkungan dunia untuk tidak langsung puas hanya karena suatu kesepakatan sudah tercapai di atas kertas.

Pertemuan Forum Global Menteri Lingkungan Hidup kali ini diikuti sekitar 1000 delegasi dari 130 negara dengan setidaknya 30 menteri, berlangsung hingga Jumat (26/02) mendatang.

Raditya Wardhana

Editor: Ging Ginanjar