1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perang Melawan Taliban Tewaskan Ratusan Serdadu Inggris

22 Juni 2010

300 tentara Inggris tewas sejak perang melawan Taliban dilancarkan di Afghanistan, 2001. PM David Cameron berjanji akan menarik tentara Inggris dari Afghanistan bila pemerintah Afghanistan dapat mengamankan negerinya.

https://p.dw.com/p/NzsP
Perdana Menteri Inggris David CameronFoto: AP

Jumlah tentara Inggris yang tewas saat menjalankan tugas di Afghanistan, meningkat menjadi 300 orang setelah seorang marinir meninggal akibat luka dalam serangan di provinsi Helmand, Afghanistan selatan. Hari Senin (21/06) Perdana Menteri Inggris David Cameron mengenang secara simbolis ke-300 serdadu Inggris yang tewas di Afghanistan sejak tahun 2001. Ia selanjutnya menyebut tahun 2010 sebagai "tahun menentukan" bagi Afghanistan mengingat Inggris membayar "harga yang tinggi" bagi tekadnya untuk ikut mengamankan dunia. Warga Inggris harus terus bertanya kepada dirinya sendiri, kenapa masih berada di Afghanistan dan berapa lama lagi harus menjalankan tugas itu di sana. Demikian Cameron sambil mengulang pernyataannya sebelumnya bahwa pasukan Inggris akan segera ditarik bila Afghanistan mampu menjamin keamanan negerinya sendiri.

Saat ini Inggris menugaskan sekitar 10.000 tentara di Afghanistan. 8.000 di antaranya ditempatkan di Helmand, provinsi yang paling berbahaya di negeri itu. Di samping Amerika Serikat, Inggris adalah negeri yang paling banyak mencatat korban di Afghanistan ketimbang negara lain yang tergabung dalam koalisi terdiri dari 45 negara.

Pada hari peringatan kematian marinir dari pasukan elit Inggris hari Senin (21/06) lalu, Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan, bahwa jasa serdadu Inggris yang gugur di Afghanistan sepatutnya dihargai:: "Kematian yang ke-300 tidak lebih dan tidak kurang tragis daripada kematian yang ke-229 sebelumnya. Tetapi sekarang adalah saatnya bagi seluruh warga Inggris untuk mengingat kembali jasa dan pengorbanan serta dedikasi yang diberikan oleh tentara yang mewakili kita semua."

Baru-baru ini, saat berkunjung ke Afghanistan, Cameron yang mulai memangku jabatan sebagai perdana menteri pertengahan Mei lalu, mengatakan bahwa pasukan Inggris tidak akan bertahan lebih lama di negeri itu, sehari pun tidak, bila tugasnya sudah berakhir. Dan kepada parlemen di Inggris, ia mengutarakan pekan lalu bahwa Inggris perlu sebuah proses politik untuk mengakhiri perlawanan di Afghanistan. Ia juga memperingatkan, jumlah korban akan meningkat pada musim panan ini, mengingat akan maraknya pertempuran.

Sementara itu, kelompok antiperang Inggris "Stop the War Coalition" menuntut agar pasukan Inggris segera ditarik. Ketua LSM itu Lindsey German mengatakan, peningkatan jumlah korban dari pasukan Inggris dan pasukan anggota NATO lainnya tidak merupakan suatu kejutan, karena sudah diduga sebelumnya. Ketimbang meningkatkan kegiatan perang, sebaiknya pemerintah Inggris mengakui bahwa perang ini tidak akan dapat dimenangkan, tambah Lindsey. Apalagi kalau mengingat bahwa konflik ini tidak disukai orang Afghanistan dan juga warga Inggris.

Sebuah laporan PBB baru-baru ini menyatakan bahwa penggunaan bom yang diletakkan di pinggir jalan meningkat 94 persen pada empat bulan pertama tahun ini. Bom semacam itu dikenal mudah dirakit. Serangan bunuh diri saat ini terjadi rata-rata tiga kali per minggu. 50 persen di antaranya dilancarkan di selatan Afghanistan. Sejak 2006 sekitar 1.300 tentara Inggris cedera di Afghanistan . 400 di antaranya luka berat.

Christa Saloh/ape/rtrd/dpae

Editor: Asril Ridwan