1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perang 'Betulan' di Gaza

2 Februari 2007

Kesepakatan gencatan senjata antara Hamas-Fatah tak mampu menahan pertumpahan darah di Gaza.

https://p.dw.com/p/CIvK
Asap membumbung dari bangunan Universitas Islam di Gaza.
Asap membumbung dari bangunan Universitas Islam di Gaza.Foto: AP

Dalam kurun 24 jam terakhir, pertempuran antara kedua faksi utama di Palestina menewaskan 13 orang dan mencederai 170 lainnya.

Tiga agen Dinas Rahasia Palestina, yang didominasi Fatah, terbunuh dalam pertempuran dengan militan Hamas di kamp pengungsi Jabaliya. Sumber di kalangan medis dan keamanan menyebutkan, termasuk diantara yang tewas adalah wakil komandan. Empat mayat lainnya ditemukan hari Jumat (02/02) ini.

Kamis (01/02) malam, sejumlah pengawal presiden menyerbu Universitas Islam di Gaza City, yang merupakan salah satu pusat kekuatan Hamas, dan menahan tujuh warga Iran yang mereka tuduh mengajarkan kepara aktivis Hamas cara membuat bom.

Seperti dilaporkan media Irael yang bersumber pada keterangan pejabat pemerintah dari Fatah, satu dari tujuh orang yang ditahan melakukan bunuh diri pada saat tembak-menambak berlangsung.

Para aktivis Fatah berhasil membongkar gudang persenjataan besar di areal Universitas Islam, yang merupakan salah satu markas Hamas. Ditemukan 1.400 senapan mesin, juga roket. Sebagian gedung universitas dilalap api.

Para pakar keamanan Mesir yang berada di Gaza dalam upaya menengahi konflik kedua pihak, menilai Hamas lah yang bertanggungjawab atas gelombang kekerasan terbaru. Hamas tidak menginginkan gencatan senjata.

Pemicu gelombang kekerasan terbaru itu adalah serangan Hamas terhadap konvoi kendaraan Fatah Kamis kemarin. Dua mobil terbakar akibat tembakan senapan mesin dan granat. Hamas menduga mobil-mobil itu mengangkut senjata dari barat bagi pendukung Fatah yang dipimpin Presiden Palestina Mahmud Abbas.

Hamas menuduh Fatah dipersenjatai oleh AS untuk mengakhiri pemerintahan Hamas di Palestina. Serangan bersenjata Hamas Kamis (01/02) kemarin menewaskan enam pejuang Fatah. Gencatan senjata yang rapuh antara kedua faksi Palestina yang bersaing adu kekuatan itu hancur dalam tempo cepat. Para pejuang Hamas menyerang kantor dinas rahasia Fatah di utara Jalur Gaza dan menembaki gedung kantor Presiden Mahmud Abbas di Gaza City dengan roket.

Sejumlah pejuang yang mengenakan penutup wajah naik ke atap-atap rumah di lokasi, dan membuat para pejalan kaki berlarian ketakutan. Sementara sejumlah pengendara meninggalkan mobilnya dan lari mencari perlindungan.

Ini perang betulan, mereka menggunakan senjata berat, demikian kata seorang saksi mata.

Presiden Bush berjanji mengucurkan 86 juta Dolar bagi pelatihan dan persenjataan aparat keamanan Fatah. Menurut sumber dari kalangan pemerintah Israel, senjata dan munisi dikirim dari dua sekutu Amerika Serikat di kawasan itu, Mesir dan Yordania, dengan persetujuan Israel.