1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

151110 Frankreich Regierung

15 November 2010

Resuffle kabinet diumumkan Presiden Nicolas Sarkozy beberapa bulan lalu. Para pengamat menilai, ini merupakan langkah yang diambil Sarkozy untuk menghadapi Pemilu Presiden tahun 2012.

https://p.dw.com/p/Q9nZ
Francois FillonFoto: AP

Bagi kota Paris hari Minggu (14/11) merupakan hari yang penuh rumor. Tiga kali perdana menteri yang lama dan baru, François Fillon, pulang pergi dari kantornya ke Istana Elysée. Para wartawan berdiri mengigil di bawah guyuran hujan, sampai mereka akhirnya diijinkan masuk ke halaman istana kepresidenan sekitar pukul delapan malam.

Semua mengharapkan sebuah susunan pemerintahan yang spektakuler. Rencana perombakan ini sudah lama dijanjikan dan Nicolas Sarkozy tampaknya ingin mencalonkan Menteri Lingkungan Hidup Borloo sebagai perdana menteri. Rupanya, hari Minggu pagi jelas sudah bahwa Borloo kalah suara terhadap François Fillon.

Bagi Ketua partai Sosialis, Martine Aubry, penunjukkan kembali Fillon ini merupakan tanggapan negatif atas kekhawatiran Perancis, "Presiden memilih perdana menteri yang sama, dan tentunya akan membuat kebijakan yang sama pula. Sarkozy mengumumkan rencana perombakan kabinet enam bulan lalu. Sejak itu, Perancis tak lagi memiliki pemerintahan, para menterinya sibuk dengan urusan masing masing dan tidak lagi mengurusi masa depan Perancis. Saya rasa warga Perancis akan setuju jika saya bertanya: jadi semua aksi protes ini tidak berguna?"

Yang jauh lebih penting, siapa yang tidak lagi berada dalam susunan kabinet baru, artinya para menteri yang dikenal dengan "condong ke kiri", mereka terlempar dari jabatannya. Misalnya saja Menteri Luar Negeri Bernard Kouchner digantikan oleh Michelle Alliot-Marie, yang sebelumnya menjabat menteri kehakiman. Fadela Amara, yang bertanggung jawab atas pembangunan perumahan sosial di pinggiran kota, juga harus meninggalkan jabatnnya.

Posisi Menteri Tenaga Kerja Eric Woerth juga melemah. Ia merupakan Bapak Reformasi dana pensiun ala Sarkozy yang posisinya digoyahkan skandal dengan pewaris bisnis kosmetik Loreal, Liliane Bettencour.

Namun begitu, jumlah menteri dalam kabinet Sarkozy kali ini jauh lebih ramping. Dengan susunan kabinet ke tiga dalam masa jabatannya, Presiden Sarkozy ingin mengubah popularitasnya, yang menurut hasil jajak pendapat terpuruk pada titiik terendah. Karena, 18 bulan lagi digelar Pemilu Presiden, dan Sarkozy ingin dipilih kembali.

Johannes Duchrow/Miranti Hirschmann

Editor: Yuniman Farid