1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Peran Penting Pengemudi Ojek Online Difabel di Malaysia

9 Desember 2020

Pengemudi ojek online difabel, Muhammad Sidek Osman, jadi salah satu ''garda depan'' perjuangan Malaysia melawan COVID-19. Sidek menjaga masyarakat dengan mengantarkan makanan, agar jumlah kasus COVID-19 tidak meningkat.

https://p.dw.com/p/3mQhM
Muhammad Sidek Osman berulang kali ditolak dalam mendapatkan pekerjaan karena cacat yang dimilikinya. Tak banyak pekerjaan yang bisa dilakukan selain sebagai pengemudi ojek online.
Foto: Mohd Rasfan/AFP

Memiliki cacat sejak lahir membuat postur tubuh Muhammad Sidek Osman bungkuk dan lebih pendek. Kondisi ini membuat aktivitas sederhana seperti menaiki tangga menjadi sebuah tantangan.

"Menjadi seperti ini, agak sulit untuk bekerja - agak sulit untuk melakukan apa pun," kata pria berusia 21 tahun itu kepada AFP saat ditemui di pinggiran kota Kuala Lumpur.

Namun dengan sepeda motor yang telah dimodifikasi, Sidek menjadi orang yang berbeda - ia berpindah dari banyak restoran ke rumah-rumah orang untuk mengantarkan makanan. Salah satu bisnis yang berkembang pesat di tengah pandemi lantaran banyak orang yang terpaksa berdiam diri di rumah.

Penyandang disabilitas yang bekerja sebagai pengemudi ojek online adalah pemandangan langka di Malaysia.

Sejumlah pemilik usaha berulang kali menolaknya karena kekurangan fisik Sidek, sehingga tak banyak pekerjaan yang bisa dilakukan selain menjadi pengemudi ojek online. Namun Sidek melihat semua yang terjadi dari sisi yang positif, bagaimanapun, ia kini menikmati pekerjaannya.

"Anda dapat berinteraksi dengan pengendara dan pelanggan lain," katanya.

Tetapi secara umum, menjalani hidup sebagai anggota komunitas penyandang disabilitas tidaklah mudah karena minimnya infrastruktur.

"Mampukah kau bekerja di sini?"

Pemerintah belum cukup proaktif dalam melindungi hak-hak penyandang disabilitas, kata V Murugesan, Presiden Asosiasi Penyandang Disabilitas Damai Malaysia. Diskriminasi akan berhenti ketika pemerintah membuat perubahan yang diperlukan, katanya kepada AFP.

Sidek menceritakan salah satu pengalaman yang kurang berkenan. 

Setelah menyelesaikan pendidikan, beberapa pemilik usaha menolaknya karena lowongan pekerjaan tersebut diperuntukkan bagi orang "normal." Kejadian ini memaksanya untuk bekerja serabutan.

Dalam sebuah wawancara, "mereka meminta seseorang yang tinggi," kenangnya. "Mereka bertanya padaku, mampukah kamu bekerja di sini?"

Meski begitu, Sidek bukanlah orang yang senang dan larut mengenang masa lalu. Saat ini ia bersyukur memiliki penghasilan tetap selama pandemi virus corona. Sidek mulai bekerja sebagai kurir jasa pengiriman setelah Malaysia memberlakukan penguncian nasional pada pertengahan Maret lalu, sehingga menyebabkan banyak bisnis tutup dan orang-orang terkurung di rumah mereka selama berminggu-minggu.

"Selama pandemi ini, jika Anda bisa bekerja, lakukan saja apa saja yang bisa dilakukan," katanya, seraya menambahkan bahwa dia mendapatkan penghasilan RM100 atau sekitar Rp 350 ribu per hari.

“Selama lockdown ini, kami pengendara menjadi garda terdepan, karena kami menjaga masyarakat dengan cara mengantarkan makanan, agar jumlah kasus COVID-19 tidak meningkat,” ujarnya.

ha/pkp (AFP)