1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

050411 Haiti Präsident

5 April 2011

Menurut hasil sementara pemilihan putara ke dua, penyanyi berusia 50 tahun ini meraih 68 persen suara. Kandidat saingannya, Mirlande Maningat, hanya meraih 32 persen suara.

https://p.dw.com/p/10nie
Michael Martelly di tengah para pendukungnya dalam kampanye bulan Februari 2011Foto: dapd

Sejak kampanye pemilihan, penonton selalu bersorak sorai di manapun Michel Martelly muncul. Mayoritas dua pertiga peraihan suara ini tidak mengejutkan. Artis berusia 50 tahun ini, yang juga dikenal dengan nama Sweet Mickey, dianggap banyak warga Haiti sebagai tumpuan harapan. Begitu menurut kepala redaksi stasiun radio yang berpengaruh, Radio Metropole, Richard Widmaier.

"Martelly berbicara dari hati. Ia berbicara dengan bahasa generasi muda. Mereka mengeidentifikasikan diri mereka dengannya. Jadi sangat dimengerti bila mereka memilih Martelly menjadi Presiden," dikatakan Richard Widmaier.

Keuntungan terbesar Martelly bagi pandangan banyak warga Haiti adalah: ia orang baru dalam politik. Berbeda dengan saingannya, Mirlande Maningat yang hanya mampu meraih sepertiga suara pemilih. Banyak warga telah mendiskreditkan kepemimpinan tradisional negara ini, karena Haiti sudah terlalu lama terlunta-lunta dalam krisis, pasca bencana besar. Namun para pengamat mengingatkan, Martelly sebagai pendatang baru bisa gagal karena kurangnya pengalaman.

Selama kampanye, Martelly menjanjikan perubahan dan berjanji untuk membawa negara itu keluar dari keterpurukan, "Saya berkampanye untuk merubah kehidupan warga Haiti, Saya bekerja keras untuk perubahan negeri ini. Saya memikirkan orang-orang yang ada di jalanan, yang tak punya makanan dan tak punya jaminan kesehatan: Hanya mereka yang saya pikirkan."

Martelly juga berjanji untuk memberantas korupsi dan menegakkan hukum. Martelly harus menghadapi menghadapi tantangan besar. Masih ada 800.000 orang korban gempa bumi berada di kamp-kamp penampungan, rekonstruksi berjalan sangat lambat. Sebagian besar warga Haiti masih menganggur, sebagian lagi kekurangan gizi.

Misi PBB di Haiti juga memiliki harapan terhadap presiden baru terpilih ini. Di bawah Presiden Rene Preval, banyak proyek ditinggalkan dan keputusan penting untuk rekonstruksi tidak terlaksana. Kepala misi PBB di Haiti, Edmund Mulet mengharapkan adanya perubahan setelah terpilihnya presiden baru, "Saya melihat dorongan baru, sebuah kekuatan kepimpinan bagi Haiti, siapapun dari keduanya yang menang. Tugas yang telah menunggu tentunya sangat besar dan situasinya sangat menyedihkan. Tapi saya tahu, kita bisa merubah sesuatu dengan kemauan yang besar."

Menurut Komisi Pemilihan, pemilu ini telah dirusak oleh sejumlah penyimpangan. Hasil resmi akhir akan diumumkan pada pertengahan April. Tapi melihat hasil penghitungan sementara, perbedaan junlah suara yang diraih Martelly tampaknya tidak akan terkejar lagi. Presiden baru Haiti dijadwalkan akan melaksanakan tugasnya pertengahan bulan Mei.

Martin Polansky/Miranti Hirschmann

Editor: Yuniman Farid