1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pensiunan – Nikolaus Netzhammer

Sebagai pensiunan, sebanarnya Nikolaus Netzhammer lebih sibuk daripada ketika ia masih bekerja. Berjam-jam ia berjalan di alam bebas dan melakukan penelitian di bidang sejarah. Dengan ini ia selalu hidup bahagia.

https://p.dw.com/p/NgGj

Bangun pagi, sarapan lalu jalan! Paling lambat jam 7.15, Nikolaus Netzhammer sudah mulai aktif. Ia masih harus menyelesaikan sebuah proyek buku.


Perjalanan Spiritual ke Masa Lampau

Hobi meneliti hal-hal bersejarah mempunyai akar di keluarga Nikolaus Netzhammer. Saudara laki-laki kakeknya, Raymud, adalah uskup besar di Bukarest, Rumania, dan selalu rajin menulis buku harian. Tepat seratus tahun kemudian, Nikolaus Netzhammer memperkenalkan terjemahan bahasa Rumanianya di Akademi Rumania di ibukota Bukarest. Buku harian berjilid ini bahkan ia antarkan sendiri ke Teoctist, patriark Gereja Ortodoks Rumania. Namun ini belum cukup.

Gesichter Deutschlands Porträt NiNeP2
Nikolaus Netzhammer (kanan) menyerahkan terjemahan buku harian sudara kakeknya kepada patriark Gereja Ortodoks RumaniaFoto: DW/Borisova

Sekarang pensiunan berusia 71 tahun ini mengerjakan proyek lain yang juga bersangkutan dengan karya saudara kakeknya ini. “Bekerja di bidang sejarah mempunyai daya tarik tersendiri,“ ujar Netzhammer. Namun begitu, moto hidupnya adalah: “Masa kini adalah satu-satunya realitas“. Selain itu, ia juga berkata, “Hidup di tepi sungai Rhein memberi saya perasaan, bahwa saya ikut serta dalam aliran kehidupan“. Dengan ini ia juga bepergian ke tempat-tempat jauh. Kadang ke Bukarest, kadang ke Wina, Austria, untuk bekerja di arsip pemerintah dan arsip gereja di sana. Atau ia pergi ke Roma, Italia, untuk berpidato di sebuah simposium internasional.

Belajar Harus Membuat Bahagia

Sebagai pensiunan, sepertinya kehidupan Nikolaus Netzhammer lebih sibuk daripada ketika masih resmi bekerja. Selama lebih dari 36 tahun, ia mengelola sebuah sekolah swasta dengan istrinya, Maria. Sekolah ini menentukan irama hidup Nikolaus. Ia senang mengingat masa-masa itu. “Selalu ada proses menerima dan memberi antara kita berdua serta di pihak murid, orang tua dan guru. Sekarang tidak ada hal seperti itu lagi. Sudah selesai masanya.“ Sekolah swasta itu seperti sebuah dunia kecil sendiri, sebuah mikrokosmos.

Setelah pensiun, bukan berarti hidup Nikolaus Netzhammer membosankan tanpa kesibukan. Sejak istrinya sakit, Nikolaus juga butuh banyak waktu untuk mengerjakan tugas-tugas di rumah. Tetapi ia tetap bisa menemukan waktu untuk penelitiannya. Ia sering duduk di depan komputer. Ia mengumpulkan semua surat-suratnya, kliping dan bahan-bahan dari arsip di dua lemari kayu besar. “Saya ingin melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan.“ Menurutnya, ini ada hubungannya dengan dirinya yang sebenarnya bertangan kidal. Di masa lalu, di Jerman, orang kidal dilatih untuk menulis dengan tangan kanan. Karena itu sekarang ia selalu mencoba melakukan segala hal dengan kedua tangan. Ini adalah salah satu kelemahannya, aku Nikolaus Netzhammer.

Berjalan-jalan Sampai Lelah

Siapa yang punya aktivitas semacam ini, juga butuh waktu untuk istirahat. Ini dilakukan Nikolaus dengan berjalan-jalan di alam bebas. “Dalam dua jam pertama, dapat dirasakan bahwa semua hal yang belum diproses secara batin naik dari bawah sadar. Orang bisa ingat hal-hal yang sudah dilupakan, apa yang harus segera dilakukan. Setelah dua jam perasaan menjadi lebih tenang. Tidak ada pikiran yang kongkrit lagi, hanya perasaan dan persepsi, biasanya ini rasanya nyaman. Rasanya seperti terapung-apung.“

Gesichter Deutschlands Porträt NiNeP4
Bersama 9 saudaranya, Nikolaus Netzhammer dibesarkan di sebuah kota dekat perbatasan ke SwissFoto: privat

Kecintaan terhadap alam bebas tumbuh di desa kelahirannya Erzingen, di dekat perbatasan ke Swiss. Keluarganya mempunyai ladang dan padang rumput yang cukup besar, sehingga mereka dapat memproduksi bahan pangannya sendiri. Nikolaus Netzhammer tumbuh dalam keluarga besar, dengan 10 bersaudara. “Masa kanak-kanak saya sangat bahagia, walaupun orang tua kami sangat ketat. Tentu anak-anak ikut bekerja di ladang dan di rumah.“ Sampai sekarang keluarganya masih mempunyai tradisi berkumpul secara teratur. Nikolaus Netzhammer menganggap dirinya sangat bahagia, juga walaupun ia tidak bisa mewujudkan impiannya. Ia sebenarnya ingin menjadi pemain orgel terkenal.

Marina Borisowa/Anggatira Gollmer
Editor: Yuniman Farid