1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Enterprener Muda Turun Tangan Atasi Sampah di Indonesia

18 Maret 2016

Beberapa warga sudah frustrasi dengan masalah sampah. Mereka lalu turun tangan sendiri. Pengelolaan sampah bisa jadi celah bisnis baru di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia.

https://p.dw.com/p/1IFdU
Indonesien Plastikmüll Verwertung
Foto: Reuters/D. Whiteside

Hamidi bisa disebut enterprener hijau. Karena dia begitu peduli dengan soal sampah yang terus bertimbun di Jakarta. Dia mencoba memroses sampah plastik jadi bahan bakar.

"Pada awalnya, saya hanya ingin memulai usaha," kata Hamidi, yang memulai prakarsa 'Limbah Untuk Energi' tahun lalu di Tangerang, kota satelit sekitar 25 km di barat Jakarta.

Indonesien Plastikmüll Verwertung
Foto: Reuters/D. Whiteside

"Tapi melalui prosesnya saya jadi belajar tentang masalah sampah, dan saya pikir ini adalah masalah yang perlu diselesaikan," tutur Hamidi.

Dia adalah salah satu dari sekelompok kecil individu dan organisasi non-pemerintah yang telah melangkah untuk mengelola sampah. Mereka menyerukan kepada pemerintah daerah agar memberi bantuan dana proyek-proyek pengelolaan dan penanggulangan sampah.

Setiap hari, Hamidi mendaur ulang sekitar 25 kg sampah, dengan menyuling sampah plastik menjadi bahan bakar cair. Sebagian besar rumah tangga di Jakarta tidak melakukan daur ulang sama sekali. Sampah mereka dikumpulkan pertugas sampah atau para pemulung, yang membawa sampah pilihan untuk dijual ke pabrik daur ulang.

Indonesia memang termasuk gudang besar sampah plastik. Penduduk Jakarta sendiri setiap hari menghasilkan sampah yang bisa memenuhi beberapa lapangan sepak bola.

Sebuah TPA di pinggiran kota menerima lebih dari 6.000 ton sampah per hari dari Jakarta. Tapi fasilitas pengolahan limbah tidak mampu menampung sampah yang terus membukit dan menimbulkan risiko lingkungan dan kesehatan.

Karena kapasitas kota-kota besar di Indonesia untuk mengelola sampah sangat terbatas, pemerintah pusat sekarang mempertimbangkan untuk membuka sektor pengelolaan sampah bagi investasi asing.

Menurut para ahli, investor asing memang bisa memboyong teknologi baru dan keahlian pengelolaan sampah yang saat ini sangat dibutuhkan Indonesia.

Bulan lalu, pemerintahan Presiden Joko Widodo meluncurkan aturan baru yang mengharuskan supermarket di beberapa kota besar menjual kantong plastiknya. Tapi harga wajibnya terlalu rendah, hanya 200 rupiah per kantong plastik, sehingga tidak mungkin menjadi pencegah sampah plastik yang efektif.

"Pemerintah melakukan terlalu sedikit, bukan hanya dengan sampah plastik, melainkan juga dengan pengelolaan sampah secara umum," kata Marco Kusumawijaya dari Rujak Center for Urban Studies di Jakarta.

"Kantong plastik seharusnya dilarang ... dan pemerintah harus memungkinkan inisiatif-inisiatif skala kecil untuk berkembang," kata dia.

hp/ml (rtr)