1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pengiriman Pasukan Jerman ke Kongo

18 Mei 2006

Walaupun mendapat tantangan dari berbagai pihak, pemerintah Jerman tetap akan menempatkan 800 pasukan Bundeswehr di Kongo.

https://p.dw.com/p/CPDy
Foto: picture-alliance / dpa/dpaweb

Pemerintah Jerman memutuskan untuk mengirim tentara Jerman ’Bundeswehr’ ke Kongo. Kabinet Jerman menetapkan tentara yang dikirim dalam misi ke Republik Demokratik Kongo berjumlah 800 orang. Ini berarti 300 orang lebih banyak dari rencana semula. Menteri Pertahanan Jerman Franz-Josef Jung penambahan jumlah tentara itu diperlukan untuk menjamin kelancaran misi tersebut. Misalnya di bidang bantuan medis dan logistik. Sang menteri tidak menyembunyikan kegembiraannya atas keputusan itu.

Jerman ikut mengamankan jalannya pemilu di Kongo untuk menjamin stabilitas, perdamaian dan demokrasi. Bila ini terwujud di Kongo, maka imbasnya terasa di seluruh Afrika, yang adalah benua tetangga Eropa. Karena itulah Jerman ingin mendukung perkembangan positif ini. Demikian dikatakan Jung.

Republik Demokratik Kongo akan menyelenggarakan pemilihan umum bebas pertama 30 Juli mendatang. Untuk menjamin kelancaran pemilu tersebut, Uni Eropa mengirimkan 1.700 tentara, yang ditempatkan di Kongo selama empat bulan, dimulai sejak hari pertama pemungutan suara. Pasukan Uni Eropa itu bertujuan memperkuat pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa yang sudah berada di Kongo. Pasukan PBB berkekuatan 17.000 orang dengan nama operasi ’Monuc’.

Menteri Pertahanan Jung menjelaskan, tentara Jerman ’Bundeswehr’ hanya akan bertugas di ibu kota Kinshasa.

Misi Bundeswehr sebetulnya terbatas pada pengamanan pemilu, namun misi tersebut tetap dinilai sangat berbahaya. Karenanya, pengiriman ’Bundeswehr’ ke Kongo ditentang banyak pihak di Jerman. Misalnya politisi dari kubu liberal Wolfgang Gerhardt. Menurutnya misi ke Kongo itu tidak dipersiapkan dengan matang.

Jumlah tentara yang dikirim tidak cukup sementara pemilu demokratis di Kongo hanya dapat berjalan lancar bila situasi di semua daerah berhasil diamankan. Bila pasukan Uni Eropa ditarik setelah empat bulan, tidak ada jaminan bahwa pihak yang kalah tetap menerima hasil pemilu. Jumlah tentara yang dikirim jelas kurang dan itu tidak memberi jaminan apapun.“

Kritik serupa dilontarkan Thomas Olerich, juru bicara organisasi perdamaian ’Friedensdienst Eirene’. Misi militer yang diperkirakan menelan 64 juta Euro atau hampir 800 miliar Rupiah dianggap tidak sebanding dengan hasil yang akan dicapai. Menurut Oelerich, sebetulnya yang dibutuhkan rakyat Kongo adalah bantuan kemanusiaan senilai sedikitnya 600 juta Euro.

Selain itu, ruang gerak pasukan Uni Eropa terbatas pada kawasan barat Kongo yang relatif tenang. Padahal, justru di daerah selatan dan timur Kongo masih sering terjadi penembakan gelap dan tindak kekerasan terhadap penduduk setempat.

"Ini hanyalah misi simbolis, tentara Bundeswehr yang dikirim sebagai bagian pasukan Uni Eropa hanya ditempatkan di Kinshasa, jumlah tentara yang dikirim terlalu sedikit untuk menjaga keamanan di negara seluas Kongo.“ Demikian dikemukakan Thomas Oelerich.

Pada 1 Juni mendatang, parlemen Jerman ’Bundestag’ akan membahas keputusan misi ke Kongo ini. Jika Bundestag menyetujuinya, ini akan merupakan misi luar negeri ’Bundeswehr’ pertama di bawah Menteri Pertahanan Franz Josef Jung.