1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penggunaan Senjata Kimia dalam Perang

Stephanie Höppner 30 April 2013

Pakar menduga, Suriah menggunakan gas saraf Sarin yang mematikan dalam konflik dalam negerinya. Apa saja senjata kimia yang dikenal saat ini dan di mana diproduksinya?

https://p.dw.com/p/18Own
PENZA REGION, RUSSIA. SEPTEMBER 15, 2005: Critical warfare processing warehouse in the chemical weapons storage and disposal facility in the Leonidovka village, where the head of the federal department of the safe storage and disposal of chemical weapons Valery Kapashin arrived with a visit.. Foto: Alexander Karelin +++(c) dpa - Report+++
Foto: picture-alliance/dpa

Penggunaan senjata kimia bukan sesuatu yang baru. Di zaman antik pun, orang Persia membakar bahan aspal dan belerang untuk meracuni legiun Romawi. Pada perang Dunia I untuk pertama kalinya digunakan gas klor dalam jumlah yang besar. Ini merupakan awal dari perang modern dengan senjata pemusnah massal. Saat itu, sekitar 124.000 ton bahan kimia digunakan untuk perang, dan menewaskan sekitar 90.000 orang. Sekitar satu juta orang mengalami gangguan kesehatan, di antaranya sangat berat. Pakar kimia Jerman, Fritz Haber yang dianugerahi hadiah Nobel Kimia tahun 1918, dianggap sebagai "bapak" senjata kimia.

Tahun 1925 Protokol Jenewa sudah menuntut larangan penggunaan senjata kimia. Meskipun demikian, pada Perang Dunia II, perang Vietnam, dan perang Teluk Golf I digunakan bahan kimia. Ribuan jiwa lenyap dalam waktu singkat. Sekitar 5000 warga Kurdi, terutama perempuan dan anak, tewas pada 16 Maret 1988 dalam hanya satu serangan gas beracun di Halabja, Irak.

Akhirnya, April 1997 diberlakukan perjanjian senjata kimia. 188 negara menandatangani kesepakatan ini. Namun Suriah, Angola, Burma, Mesir, Israel, Korea Utara, Somalia dan Sudan Selatan tidak menandatanganinya. Menurut perjanjian itu, semua yang disebut senjata C harus dimusnahkan. Organisasi bagi larangan senjata kimia, OPCW bermarkas di Den Haag dengan sekitar 500 petugas.

Two Russian soldiers make a routine check of metal containers with toxic agents at a chemical weapons storage site in the town of Gorny, 124 miles (200 kms) south of the Volga River city of Saratov, Russia in this May 20, 2000, photo. Russia plans to start dismantling the world's largest chemical weapons stockpile in 2001, but will need massive Western help to keep up the costly process. (AP Photo)
1997 Perjanjian Internasional ditandatangani untuk melarang penggunaan senjata kimiaFoto: AP

Tewas akibat tidak bisa bernafas

Senjata kimia terdiri dari bahan kimia untuk perang dan penyandangnya, misalnya ranjau, granat tangan, panser penyemprot atau hulu ledak rudal. Bahan ini membuat korbannya kehilangan nafas atau lumpuh. Awalnya terdiri dari gas beracun, misalnya klor atau asam biru, namun mudah menguap. Industri kemudian mulai memproduksi racun dalam bentuk cairan yang tidak lagi hanya masuk lewat paru-paru tetapi juga melalui kontak dengan kulit dan menyebar  keseluruh organ tubuh serta menimbulkan akibat yang sangat berat. Bahan yang ditakuti dalam kelompok ini adalah yang disebut gas sulphur mustard . Tahun 1822 seorang ahli kimia Belgia secara kebetulan berhasil membuat cairan berbau busuk yang pada PD I melukai atau membunuh ribuan orang.

Sarin yang diperkirakan dipakai di Suriah, termasuk gas syaraf. Dikembangkan pada PD II dan dapat membunuh hanya dengan porsi kecil. Sarin memasuki tubuh tidak hanya melalui jalan pernafasan tetapi juga melalui kulit. Gunnar Jeremias, pemimpin penelitian pengawasan senjata biologi di Pusat bagi Ilmu Pengetahuan Alam dan Perdamaian, Universitas Hamburg mengatakan, orang dapat melindungi diri dari Sarin hanya bila mengenakan pakaian yang menutup keseluruhan tubuh. Sarin membuat orang tidak bisa lagi bernafas, tambahnya.

Meninggalkan bekas dalam beberapa generasi

Tidak semua korban Sarin, tewas. Namun membawa dampak kesehatan yang sangat parah, misalnya buta, luka bakar pada kulit atau bayi cacat. Sejumlah senjata kimiawi sangat merusak lingkungan yang dampaknya tak terhitung jumlahnya bagi manusia.

A boy, affected in what the government said was a chemical weapons attack, is treated at a hospital in the Syrian city of Aleppo March 19, 2013. Syria's government and rebels accused each other of firing a rocket loaded with chemical agents outside the northern city of Aleppo on Tuesday, an attack which a cabinet minister said killed 16 people and wounded 86. REUTERS/George Ourfalian (SYRIA - Tags: POLITICS CIVIL UNREST)
Seorang korban yang diduga kena serangan senjata kimia di Aleppo, Suriah, 19 Maret 2013Foto: Reuters

Namun, hingga kini senjata kimia masih mudah diproduksi. Yang lebih rumit adalah mendapatkan bahannya. Karena itu, larangan senjata kimia juga menyangkut larangan produksi atau perdagangan bahan yang dapat digunakan bagi senjata kimia. Tapi pakar memperkirakan, bahan-bahan tersebut bisa diperoleh di pasar gelap. Selain itu bahan kimia ini sangat tahan lama.