1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penggunaan Energi Terbarukan di Eropa Salip Energi Fosil

25 Januari 2021

Laporan terbaru menunjukkan penggunaan energi terbarukan di Uni Eropa pada tahun 2020 mengambil alih peran bahan bakar fosil. Denmark, Irlandia, dan Jerman jadi negara yang paling tinggi memanfaatkan energi terbarukan.

https://p.dw.com/p/3oMQh
Tenaga angin adalah salah satu sumber energi terbarukan
Tenaga angin adalah salah satu sumber energi terbarukanFoto: Paul Trummer/TravelLightart/picture-alliance

Berdasarkan laporan terbaru lembaga kajian Ember dan Agora Energiewende yang dirilis pada Senin (25/01), menunjukkan energi terbarukan mengambil alih peran bahan bakar fosil sebagai sumber utama listrik Uni Eropa untuk pertama kalinya pada tahun 2020. Pemanfaatan ini dikarenakan proyek-proyek baru energi terbarukan mulai beroperasi dan penggunaan batubara mulai menurun.

Laporan tersebut menunjukkan energi terbarukan seperti angin dan surya menghasilkan 38% persen sumber listrik dari 27 negara anggota blok pada tahun 2020, dengan bahan bakar fosil seperti batubara dan gas menyumbang 37%.

Denmark jadi negara yang memanfaatkan tenaga angin dan surya tertinggi, menyumbang 61% kebutuhan listriknya pada tahun 2020. Irlandia mencapai 35% dan Jerman mencapai 33%.

Laporan juga menunjukkan negara-negara dengan pemanfaatan energi terbarukan terendah - di bawah 5% - antara lain Slovakia dan Republik Ceko.

Pengunaan tenaga batubara menurun

Penerapan pembatasan ketat pada kantor dan toko yang ditujukan untuk meminimalisasi penyebaran virus corona baru juga menyebabkan penurunan kebutuhan listrik secara keseluruhan di UE tahun lalu, sebanyak 4 persen. Sebagai dampaknya, laporan tersebut mengatakan bahwa produsen bahan bakar fosil turut alami kerugian.

Di Uni Eropa pengunaan pembangkit listrik tenaga batubara dilaporkan turun 20% pada tahun 2020 dan telah berkurang setengahnya sejak tahun 2015.

"Pembangkit listrik tenaga batubara menurun di hampir setiap negara, melanjutkan kejatuhan penggunaan batubara yang terjadi sebelum COVID-19," kata laporan itu.

Banyak negara Eropa yang secara bertahap menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara yang berpolusi untuk memenuhi target pengurangan emisi, tetapi harga listrik yang rendah di tengah pandemi juga membuat beberapa pembangkit listrik tenaga batubara tidak memberikan keuntungan untuk dioperasikan dibandingkan dengan pembangkit listrik energi terbarukan yang lebih murah.

"Energi terbarukan akan terus meningkat, karena kami terus memasang lebih banyak. Juri memutuskan apakah bahan bakar fosil akan pulih, tetapi jika mereka benar-benar pulih, itu tidak diharapkan banyak," kata Dave Jones, peneliti senior listrik Ember.

rap/ha (Reuters)