1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pengamat Khawatirkan Eskalasi di Suriah

19 Agustus 2011

Untuk pertama kalinya Amerika Serikat dan Uni Eropa menuntut presiden Suriah untuk mundur. Namun, para pengamat yakin rezim Assad tidak akan terpengaruh oleh seruan baru tersebut.

https://p.dw.com/p/12JXR
Foto: picture alliance/dpa

Pemerintah di Washington dan Uni Eropa menuntut Presiden Bashar al Assad untuk mundur dengan kata-kata tajam. Menurut pandangan banyak pengamat, ini memberikan bobot baru dalam konflik di Suriah. Pekan lalu, negara-negara seperti Arab Saudi dan Mesir telah mengecam rezim Assad.

"Di balik pernyataan Amerika Serikat dan Uni Eropa ada ide untuk menyatukan kekuatan barat dan regional menjadi koalisi yang melawan rezim di Damaskus." Demikian menurut Fawaz Gerges, profesor bagi politik Timur Tengah di London kepada stasiun televisi Al Jazeera. Semua front non militer menentang Assad akan dikerahkan. Tetapi para pengamat tidak memperkirakan keberhasilan akan tercapai dalam waktu singkat.

Sebelumnya Presiden Amerika Serikat Obama mengumumkan, bahwa segera diberlakukan larangan impor bagi minyak bumi dan produk minyak bumi Suriah. Kekayaan pemerintah Suriah di Amerika Serikat akan dibekukan. Warga Amerika tidak boleh lagi berbisnis dengan rezim atau berinvestasi di Suriah.

Para eksil Suriah mengikuti dengan seksama perkembangan baru yang terjadi. Seperti yang dilakukan Lubna Mounir di Yordania. "Rakyat Suriah sudah berdarah sejak lima bulan. Tetapi baru sekarang disadari oleh dunia internasional. Dalam perlawanan terhadap presiden Mesir Mubarak hanyak dibutuhkan waktu dua minggu hingga dunia turun melancarkan tekanan. Namun, kami tetap menyambut langkah yang diambil dan berharap akan lebih banyak yang dilakukan."

Kantor urusan kemanusiaan PBB menjelaskan, serangan sistematis terhadap warga sipil di Suriah bisa dikategorikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Pengadilan kejahatan internasional berhak memeriksanya. Sejak dimulainya aksi protes, setidaknya 2000 orang tewas. Sebagian besar melalui serangan militer dari udara dan darat dan juga melalui tembakan para penembak jitu.

Rezim di Damaskus telah menjawab retorik tajam dari Washington dan Uni Eropa dengan tuduhan terhadap negara barat. Reem Haddad dari kementrian penerangan Suriah mengatakan, ganjil sekali bahwa Obama dan negara barat kerap berusaha memanas-manasi aksi kekerasan di Suriah dan bukannya membantu melaksanakan reformasi. Presiden Assad baru-baru ini mengumumkan reformasi yang oleh pihak oposisi dianggap sebagai janji palsu.

Peryataan seperti yang datang dari Haddad lah yang menurut para pakar tidak akan membantu perubahan situasi di Suriah. Tidak juga oleh tekanan internasional. Fawaz Gerges dari London School of Economics and Political Science menjelaskan : "Assad berjuang untuk bertahan hidup. Apa yang akan kita alami kemungkinan besar dan sangat disayangkan adalah eskalasi situasi yang ada. Rezim akan berperang hingga akhir. Rezim ini telah mengakar di Suriah, memiliki basis yang kuat dan persenjataan militer yang mematikan."

Jürgen Stryjak / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Hendra Pasuhuk