1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pengamanan Transportasi Udara AS Semakin Diperketat

4 Januari 2010

Pengamanan di bandar udara Amerika Serikat yang ketat akan semakin disempurnakan. Terutama bagi para penumpang pesawat yang berasal dari 14 negara, diantaranya Nigeria dan Yaman.

https://p.dw.com/p/LKuX
Bandara DetroitFoto: AP

Para penumpang pesawat dari Nigeria, Yaman, Pakistan, Afghanistan, Arab Saudi dan sembilan negara lainnya harus menjalani penggeledahan seluruh tubuh sebelum memasuki pesawat. Demikian ketentuan keamanan baru dalam proses pemeriksaan terhadap orang asing yang diberlakukan Amerika Serikat mulai hari Senin kemarin.

Negara lain yang juga termasuk dalam daftar yang dikeluarkan AS adalah: Kuba, Iran, Sudan, Suriah, Aljazair, Irak, Libanon, Libya. Para penumpang ini akan digeledah, tas atau koper kabinnya diperiksa dengan seksama dan bila membawa hal yang dicurigai dapat menyebabkan ledakan, akan diperiksa lebih lanjut.

Administrasi Keamanan Perhubungan AS juga mengeluarkan arahan keamanan bagi semua pesawat internasional yang memiliki jaringan rute ke AS, berupa pemeriksaan acak penumpang. Pemeriksaan acak ini diterapkan d bandara-bandara di seluruh dunia yang memiliki rute penerbangan ke AS.

Prosedur super ketat itu dilatarbelakangi insiden percobaan peledakan bom yang dibawa oleh Umar Farouk Adbullmutalleb dalam pesawat AS yang berangkat dari Amsterdam ke Detroit, dengan tertuduh seorang warga Nigeria yang diyakini telah menjalani pelatihan bersama Al Qaida di Yaman.

Peningkatan keamanan ini diumumkan ditengah kritik pedas kubu Republik, bahwa para pejabat sipil dan intelejen gagal menjaga keamanan atas terjadinya insiden percobaan peledakan tanggal 25 Desember lalu tersebut.

Intelejen AS meyakini para pemimpin Al Qaida telah melarikan diri dari Afghanistan dan bersembunyi di Pakistan, pasca gempuran terhadap Taliban yang dilancarkan setelah serangan teror 11 September 2001. Namun selain Pakistan, Yaman, juga dipercaya merupakan wilayah penting bagi aktivitas jaringan Al Qaida.

Sementara itu, Prancis mengikuti jejak Amerika Serikat dan Inggris menutup kedutaan besarnya di Yaman. AS menutup kedutaannya diibukota Yaman dengan alasan berjaga-jaga atas ancaman yang tengah berlangsung oleh cabang al-Qaida di negara tersebut. Penasehat urusan perlindungan dan terorisme John Brennan mengatakan:

„Kami memiliki petunjuk bahwa Al Qaida berencana melakukan serangan di ibukota Sanaa, kemungkinan ditujukan ke kedubes AS. Dan kami melakukan segalanya untuk dapat melindungi para diplomat dan warga kami di sana.“

Penutupan kedutaan berlangsung setelah seorang perwira tinggi Amerika, Jenderal David Petraeus mengunjungi Yaman untuk menjanjikan dukungan Amerika dalam upaya Yaman memerangi al Qaida.

(AP/HP/afp/ap/rtr)