1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemimpin Baru Libya Mengemban Tanggung Jawab Besar

30 Agustus 2011

Situasi aktual di Libya dan perdana menteri baru Jepang Yoshihiko Noda menjadi tema-tema yang diangkat dalam tajuk rencana media internasional.

https://p.dw.com/p/12Q4s
Foto: dapd

Sejumlah media di Eropa menyoroti situasi aktual di Libya. Harian Italia berhaluan kiri liberal  La Repubblica mengomentari keluarga Gaddafi yang melarikan diri ke Aljazair. Harian itu menulis:

"Pada akhirnya jalan keluar keluarga Gaddafi adalah ke Aljazair. Tidak begitu jauh seperti Venezuela atau juga ke Zimbabwe, di mana orang susah menyesuaikan diri. Lebih baik kabur ke padang pasir negara Islam, mungkin berkaitan dengan impian untuk kembali. Lebih baik daripada tinggal di pengasingan berlapis emas di antah berantah dengan budaya yang sangat berbeda. Pemerintah Aljazair pimpinan Presiden Abdelaziz Bouteflika mengambil risiko memicu kemarahan Dewan Transisi Nasional bentukan pemberontak di Libya. Terutama Aljazair dan rezim terdahulu di Tripoli merasa terancam oleh kelompok-kelompok Salafi dan Al Qaida, serta menghadapi ketegangan. Dengan begitu tercipta landasan pertama bagi kesepahaman."

Harian konservatif Norwegia Aftenposten mengomentari suasana di Libya setelah runtuhnya kekuasaan Muammar al Gaddafi. Surat kabar yang terbit di Oslo itu menulis:

"Kegetiran warga Libya sangat besar. Perangnya sangat dahsyat. Tidak ada yang tahu seberapa banyak kerugian penduduk sipil di daerah yang selama ini setia kepada Muammar Gaddafi. Rasa benci meliputi dan penemuan kuburan massal tentu tidak akan menguranginya. Diperlukan banyak waktu hingga pemerintahan peralihan memiliki kemampuan memahami atau malah menguasai situasi. Harus dikhawatirkan pula mengenai fase kekacauan yang termasuk penindasan di dalamnya. Itu dapat dihindari jika masyarakat internasional menganggap serius tugas mereka. Libya memerlukan bantuan di segala bidang."

Surat kabar Perancis Le Monde menyoroti situasi di Libya. Harian yang terbit di Paris itu menulis:

"Terlepas dari rahasia seputar tiran yang terguling namun tidak bisa ditemukan itu, skenario peralihan dari kediktatoran ke sistem politik yang semoga demokratis, berjalan sangat berbeda di Libya daripada di Irak. Mengenainya kami hanya bisa menyambutnya. Sekarang kami berharap pria-pria di Dewan Transisi Nasional tidak memerlukan waktu Sembilan bulan, guna menemukan persembunyian Gaddafi, seperti Saddam Hussein, yang tertangkap tentara Amerika pada 13 Desember 2003."

Sementara itu surat kabar Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung mengomentari penugasan NATO di Libya:

"NATO pada waktunya akan menyampaikan laporan tentang keberhasilan dalam misi di Libya. Keberhasilan itu tidak bisa menutupi masalah yang muncul, mulai dari kepemimpinan hingga jumlah yang bersedia ikut serta. Dari situ ditarik pelajaran. Masalah-masalahnya tidak bisa memperburuk fakta yang sebenarnya. Tanpa misi NATO, pemberontak tidak bisa menggulingkan sang tiran. Adalah NATO yang mencegah Gaddafi yang terkepung menjadi liar seperti Assad di Suriah. Oleh sebab itu, pimpinan  baru Libya memerlukan dukungan mereka. Setelah berbagai pengalaman harus dikatakan, kepada siapa lagi?"

Harian konservatif di Austria, Die Presse menyinggung perdana menteri baru Jepang, Yoshihiko Noda. Surat kabar yang terbit di Wina itu menulis:

"Noda tidak harus meyakinkan rakyat. Dalam jajak pendapat beberapa bulan terakhir ini di Jepang, warga menyetujui kenaikan pajak, jika dana digunakan untuk korban gempa bumi dan untuk restrukturisasi anggaran. Jika responden tidak berkeberatan, maka perdana menteri baru hanya harus melakukan langkah pertama dan para pemilih akan mengikutinya. Apa yang lebih diperlukan Noda saat ini adalah keberanian."

 Luky Setyarini/dpa/afp

Editor: Hendra Pasuhuk