1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu di Kongo Selatan

31 Juli 2006

Tidak seperti biasanya, hari Minggu di Kongo Selatan, gereja-gereja terlihat kosong. Beberapa bahkan sama sekali tidak dibuka. Warga Kivus lebih memilih untuk pergi ke tempat pemungutan suara.

https://p.dw.com/p/CPCx
Foto: AP

Di Kongo tersedia 50.000 lokasi pemungutan suara. Seorang pemilih dari Goma dekat perbatasan ke Rwanda yakin bahwa peranan Tuhan dalam pemilihan ini sangat besar.

"Pemilihan ini seperti hadiah dari Tuhan. Kami hanya berharap, Tuhan juga memberikan kami Presiden yang baik bagi negara kami.“

Perang di Kongo Timur secara resmi berakhir tiga setengah tahun yang lalu. Namun, walau pun adanya perjanjian perdamaian, keterlibatan pihak yang berperang dalam pemerintahan transisi, menyebabkan penderitaan warga propinsi Kivu berlanjut. Wilayah ini masih berada di tangan berbagai kelompok milisi, yang tidak dapat dikendalikan oleh pasukan PBB yang berkekuatan 17000 orang. Selalu saja kembali terjadi pemerkosaan, penjarahan, atau perampokan. Karena itulah keinginan untuk situasi baru yang teratur sangatlah besar. Bahkan orang yang tengah sakit pun pergi untuk memilih.

"Kaki saya cidera, tetapi saya tetap ingin membantu agar negara ini berubah dan berkembang.“

Perempuan ini tidak perlu mengkhawatirkan hal lain selain kakinya pada hari Minggu itu. Di Goma, pemilihan umum berjalan dengan damai. Beberapa orang berusaha untuk dapat memilih sebanyak dua kali, tetapi berhasil diketahui oleh komisi pemilu. Para pengamat pemilu juga membenarkan bahwa pemilu berlangsung tanpa masalah besar. Sylvain Masirika dari Humanitas, menceritakan situasi pemilu di Kivu.

Sylvain Masirika : "Pemilih yang datang sangat banyak. Di daerah pemilihan Nguba, delapan tempat pemungutan suara dipenuhi oleh pemilih. Semua berjalan dalam damai. Selain beberapa masalah kecil, kami sudah melihat bahwa komisi pemilu yang independen telah berhasil membawa semua pemilih ini ke kotak suara.“

Laporan di perbatasan wilayah ke Uganda juga positif. Beberapa hari sebelumnya salah satu kelompok pemberontak telah menandatangani perjanjian perdamaian, dan memegang janjinya untuk memastikan suatu pemilu yang damai.

Jadi tidak ada hambatan untuk menuju tempat pemungutan suara. Yang sulit adalah pemberian suara. Demikian laporan koresponden kami John Kanyunyu dari Beni.

John Kanyunyu : "Orang-orang tua yang bermasalah. Mereka tidak dapat mengerti isi kertas suaranya. Dan mereka tidak tahu siapa kandidatnya. Karena itu mereka sering meminta tolong kepada orang lain mengenai siapa yang harus mereka pilih.“

Favorit banyak orang di Kivu adalah Presiden yang masih menjabat Joseph Kabila, yang terlahir di Kivu Selatan. Bahkan di Beni ia berhasil mewujudkan janji kampanyenya tentang listrik. Malam sebelum pemilihan umum, lampu-lampu di kota Beni menyala.

Kini, warga Kongo hanya dapat menunggu. Hasil resmi perhitungan suara baru akan dikeluarkan tiga minggu mendatang.