1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Thailand Produksi Obat Berbasis Mariyuana

15 Agustus 2019

Pemerintah Thailand pertama kalinya memproduksi rangkaian produk obat-obatan yang berupa minyak obat mariyuana, tablet, semprotan dan wafer coklat dengan sentuhan herbal tradisional.

https://p.dw.com/p/3NtP1
Cannabisblatt wird gepflückt
Foto: SRF

Lini produk berbasis mariyuana ini membuat Thailand berada di posisi terdepan di antara negara-negara Asia Tenggara dalam mengupayakan industri mariyuana yang legal. Ini bisa jadi bisnis yang menggiurkan jika dibiarkan berkembang di negara yang berbasis agraria tersebut.

Bila nantinya penggunaan mariyuana untuk rekreasional benar-benar dilegalkan di Thailand dan tanaman ini boleh tumbuh bebas, petani di Thailand bisa memperoleh untung yang mungkin lebih besar daripada jika menanam beras atau tebu.

Pada 2 Agustus lalu, pemerintah Thailand mengatur kunjungan bagi para jurnalis ke Lembaga Penelitian Ganja Medis Universitas Rangsit di College of Pharmacy untuk memamerkan produk lokal mariyuana pertama mereka.

Staf universitas membuka brankas logam abu-abu dan mengungkap 40 kilogram ganja kering yang disita oleh polisi dalam sebuah penggerebekan narkoba. Setiap kilo "bahan baku ganja" itu berbentuk persegi panjang karena ditekan dengan keras dan dibungkus plastik bening.

Beberapa bulan lalu, para pejabat mengatakan bahwa ganja yang disita tidak bisa dipakai untuk keperluan medis karena sering terkontaminasi insektisida, pupuk, logam berat atau jamur.

Perlu implementasi yang hati-hati

Badan Kontrol Narkotika Internasional (INCB) telah menyarankan pemerintah untuk melanjutkan kebijakan ini dengan sangat hati-hati. Badan ini memperingatkan Thailand harus mematuhi perjanjian pengendalian narkoba internasional dan menjaga kemungkinan terjadinya penyalahgunaan.

Viroj Sumyai, Presiden INCB yang berbasis di Wina, Austria, mengatakan Thailand terikat oleh tiga perjanjian utama tentang pengendalian narkotika internasional, yang mesti dipelajari dengan teliti oleh pemerintah.

INCB memantau kebijakan ganja di negara-negara Asia Tenggara dan sangat prihatin dengan "liberalisasi" penggunaan tanaman ini di Thailand.

Sebelumnya, Viroj memperingatkan bahwa Thailand dapat  kehilangan hak impor untuk beberapa obat-obatan jika negara itu memutuskan untuk melegalkan ganja untuk penggunaan yang bersifat rekreasional.

Kekhawatiran ini dipicu oleh proposal yang mengajukan kemungkinan setiap rumah tangga untuk menanam maksimal enam tanaman mariyuana untuk penggunaan pribadi.

ae/ (asia times, bankok post)