1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemerintah Panggil Dubes Inggris Soal Raja Ampat

17 Maret 2017

Pemerintah Indonesia memanggil Duta Besar Inggris hari Jumat (17/3) untuk meminta keterangan soal kapal pesiar Caledonian Sky yang merusak lebih 13 hektar terumbu karang di Raja Ampat.

https://p.dw.com/p/2ZOsq
Indonesien Raja Ampat
Foto: picture-alliance/Bruce Coleman/Photoshot/R. Dirscherl

Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan di Jakarta memanggil Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik, untuk menerangkan soal insiden di kawasan lindung Raja Ampat yang dilakukan kapal pesiar Caledonian Sky.

Setelah pertemuan di kantor Luhut, Dubes Moazzam Malik mengatakan kepada wartawan, dia sudah melakukan "diskusi yang sangat baik" dengan Menteri Koordinator Kemaritiman. "Saya kecewa setelah mengetahui tentang kerusakan terumbu karang di Papua Barat, sebagaimana sikap kami dalam setiap insiden lingkungan yang terjadi di Indonesia atau di mana pun di dunia," katanya. "Kami berharap masalah ini dapat diselesaikan dengan cepat antara pemerintah Indonesia dan perusahaan pengelola kapal yang bertanggung jawab atas kecelakaan ini," tambahnya.

Namun Duta Besar Inggris itu juga mengatakan, Caledonian Sky bukan kapal Inggris, melainkan milik sebuah perusahaan Swedia. Operator tur wisata melalui Raja Ampat itu adalah Caledonian Noble, memiliki kantor pusat di London. "Kami harap masalah ini bisa segera selesai," kata dia.

Manta Rochen Raja Ampat Indonesien Archiv 2011
Perairan Raja Ampat terkenal dengan keragaman hayati dan terumbu karangnyaFoto: picture alliance/AP Photo

Menteri Luhut Panjaitan mengatakan, otoritas di Indonesia menyikapi kerusakan termbu karang dengan "sangat serius"."Dia (kapten kapal) berusaha membebaskan diri dari karang dan membuat kerusakan jadi lebih buruk, meskipun dia diperintahkan untuk berhenti," kata Luhut dan menambahkan, bisa memakan waktu sampai 100 tahun untuk memulihkan terumbu karang yang rusaknya.

Namun Luhut mengakui, kasusnya cukup rumit. "Ini complicated, dia pemegang paspor Inggris, tinggal di Florida. Kapalnya kapal Swedia, operatornya juga. Benderanya Bahama. Pembelian tiketnya di Inggris," katanya sebagaimana dikutip Antaranews.

Raja Ampat merupakan salah satu habitat laut yang paling kaya keanekaragaman hayati di dunia dan menarik banyak wisatawan dan penyelam ke pulau-pulau di kawasan itu. Kecelakaan itu terjadi 4 Maret lalu, ketika kapal pesiar Caledonian Sky yang berbobot 4200 ton dan dinakhodai oleh Kapten Keith Michael Taylor kandas di kawasan lindung Raja Ampat karena air surut.

„A Brit and a Broad“ - Reisebericht
Seroang wisatawan sedang mengagumi keindahan Raja AmpatFoto: A Brit and a Broad

Upaya untuk membebaskan kapal pesiar yang membawa 102 penumpang dan 79 kru itu dengan bantuan kapal tunda gagal dan menyebabkan kerusakan parah terumbu hampir seluas 14 hektar. Pemerintah Indonesia telah membentuk gugus tugas untuk menyelidiki kerusakan terumbu karang dan berjanji untuk mengambil tindakan tegas.

Ricardo Tapilatu, peneliti kelautan dari Universitas Papua yang memimpin tim penyelidik kerusakan mengatakan, kerusapak itu diperkirakan terjadi seluas 13.500 meter persegi. Kemungkinan dibutuhkan biaya sampai 16 juta dolar AS utnuk memulihkannya. Perusahaan Caledonia Noble telah menyatakan permohonan maaf atas kecelakaan itu dan mengatakan mereka akan berupaya mencapai penyelesaian dengan pemerintah.

"Kami menghargai hubungan kami di seluruh dunia dengan penduduk lokal dan kami mohon maaf inisiden ini telah berdampak pada masyarakat setempat," kata Caledonia Noble dalam sebuah pernyataan yang dirilis awal pekan ini.

hp (afp, rtr, antaranews)