1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemerintah Iran Gunakan Kekerasan

21 Juni 2009

Tanpa memperhatikan larangan resmi, pendukung oposisi kembali mengadakan demonstrasi di Teheran, Sabtu (20/06) sekitar pukul 16 waktu setempat. Tetapi aksi protes sudah dimulai malam sebelumnya.

https://p.dw.com/p/IVRK
Pendukung Mousavi berdemonstrasi Sabtu (20/06)Foto: AP


Pada hari ke tujuh aksi protes di Teheran, Jumat malam 19 Juni, dari atas atap-atap rumah kembali terdengar seruan kuat para pengeritik pemerintah: "Allahu Akbar!" Di samping itu slogan "matilah sang diktator!" kembali diteriakkan. ´

Itu terdengar hanya beberapa jam setelah pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei menyampaikan khotbahnya dalam sembayang Jumat. Dengan nada tajam ia menuntut diakhirinya aksi protes. Dengan cara itu ia mendukung Mahmud Ahmadinejad yang katanya terpilih kembali sebagai presiden.

Analisa Khotbah

Wahlen Iran Khamenei Rede
Ayatollah Ali Khamenei saat berbicara di depan umum Jumat (19/06)Foto: AP

Fuad Taban, redaktur utama majalah online politis Akhbar Rooz menilai proses pemilu adalah skenario pemerintah Iran. Ia menganalisa khotbah Khamenei demikian, “Jawabannya kemarin menunjukkan bahwa skenario pemerintah itu akan dijalankan sampai berakhir, tanpa memperdulikan konsekuensinya, dan harus berhasil."

Bagi pemerintah, apapun konsekuensinya protes massal yang menentang hasil pemilihan presiden juga harus dihentikan. Oleh sebab itu dalam khotbahnya Jumat lalu Khamenei juga memperingatkan untuk menghentikan demonstrasi. Jika tidak, akan terjadi "pertumpahan darah dan kekacauan". Calon presiden dari kubu oposisi, Mir Hossein Mousavi dianggap bertanggungjawab bagi demonstrasi yang disebut "berkumpul secara ilegal".

Desas-Desus Pembatalan

Iran Wahlen Ausschreitungen
Pendukung oposisi membakar sebuah barikade dan melempar batu ke arah polisi. Polisi memukul demonstran dan menggunakan gas air mata serta meriam air (20/06).Foto: AP

Ada desas-desus bahwa demonstrasi yang direncanakan untuk Sabtu (20/06) dibatalkan oleh kedua calon yang kalah dalam pemilu, yaitu Mir Hossein Mousavi dan Mahdi Karubi.

Menurut Fuad Taban, desas-desus itu juga termasuk skenario yang sudah disiapkan pemerintah. Taban menjelaskan "Skenario ini akan dijalankan dalam dua tingkat. Di tingkat pertama, mereka akan memaksa para pendukung reformasi untuk menyerah. Ini berarti, sebagian dari orang-orang yang kini turun ke jalan, kembali ke rumah. Di tingkat kedua, mereka akan menangkap aktifis politik. Sampai sekarang, ini sudah terjadi setiap hari.”

Iran Mousavi Anhängerin
Seorang perempuan pendukung Mousavi yang mengenakan warna partainyaFoto: AP

Sabtu, 20 Juni dua wartawan yang aktif sudah ditangkap, yaitu Mohammad Ghochani dan Ali Mazrooie, demikian halnya dengan sejumlah demonstran. Walaupun penyelenggara katanya membatalkan aksi protes, sekitar seribu demonstran tetap berkumpul di Lapangan Asadi. Aparat keamanan bersenjata berat berusaha menghalangi demonstran yang ingin masuk ke daerah pusat kota.

Kekerasan Harus Dihindari

Deutschland Iran Wahlen Demonstration in Berlin
Ratusan warga Iran di Jerman berdemonstrasi di Berlin (16/06)Foto: AP

Fuad Taban juga setuju, bahwa "pertumpahan darah dan kekacauan" harus dihindari. Oleh sebab itu ia mengusulkan pendirian badan anti kekerasan, yang bertugas menentang penggunaan kekerasan oleh negara.

Taban menambahkan, “Jalan keluar yang sudah kami usulkan dalam seruan adalah, oposisi di luar negeri harus bersatu dan menyepakati program anti kekersan serta mengambil langkah bersama untuk mencegahnya.”


Fahime Farsaie / Marjory Linardy

Editor: Andriani Nangoy