1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pembuktian Pemakaian Senjata Kimia

Judith Hartl28 Agustus 2013

Senjata kimia kembali menjadi perbincangan setelah insiden di Suriah yang dibantah pemerintah setempat. Padahal sebenarnya mudah untuk membuktikannya. Yakni, lewat sampel darah, urin dan tanah.

https://p.dw.com/p/19XjR
Chemical materials and gas masks are pictured in a warehouse at the front line of clashes between opposition fighters and government forces, during a guided tour by the Syrian Army in the Damascus suburb of Jobar August 24, 2013. Syrian state television said soldiers found chemical materials on Saturday in tunnels that had been used by rebels, rejecting blame for a nerve gas attack that killed hundreds this week and heightened Western calls for foreign intervention. REUTERS/Khaled al-Hariri (SYRIA - Tags: MILITARY POLITICS CONFLICT TPX IMAGES OF THE DAY)
Syrien ChemiewaffenFoto: Reuters

Salah satu gas beracun yang sering digunakan sebagai senjata kimia adalah gas saraf. Komposisinya terdiri dari senyawa sarin, tabun dan VX. Gas ini mematikan. Tidak berwarna, tidak berbau. Manusia menghirupnya tanpa menyadarinya. Hanya dalam hitungan detik, gas tersebut sampai ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mata. Di organ tersebut kerusakan fatal segera terjadi. Namun, tidak seperti gas sulfur mustard tidak timbul luka di permukaan tubuh.

Titik Serangan Utama

Gas saraf menggangu konduksi stimulus antar sel saraf dan menyebabkan stimulasi terus menerus yang mematikan. Menurut organisasi "dokter tanpa batas", gejala khas stimulasi akibat racun saraf terlihat pada korban di Suriah. Antara lain air liur yang tidak terkontrol, air mata, ingus, kram otot, kesulitan bernapas, muntah, pingsan hingga kematian.

Gas saraf dalam jumlah kecil saja sudah membahayakan nyawa. Antitoksin hanya berfungsi jika segera diberikan kepada korban. Seperti misalnya atropin. Racun dari tanaman atropa misalnya bisa mengatasi kelebihan asetilkolin, sehingga konduksi stimulasi bisa kembali normal.

Bukti dari Tanah

Ralf Trapp, pakar senjata biologi dan kimia, mengatakan penting untuk mengetahui dimana lokasi sisa roket yang menembakkan cairan racun tersebut, "karena rakitannya lain dengan roket normal bagi bahan peledak."

Di dekat lokasi jatuhnya roket, sampel tanah bisa diambil untuk diteliti. Memang bahan kimia bisa menghilang dengan cepat di tanah dan air, namun sisa produk tersebut biasanya sangat stabil dan kadang berbulan-bulan kemudian sebuah serangan gas masih bisa dibuktikan. Demikian jamin Trapp.

Chemiewaffen Vernichtung
Gas saraf terdiri dari sarin, tabun dan VX.Foto: AP

Lokasi sisa produk bisa ditemukan dengan alat deteksi khusus. "Kadang tim peneliti juga membawa alat analisis", ujar Trapp yang bekerja selama 13 tahun bagi organisasi pelarangan senjata kimia (OPCW) di Den Haag. "Mereka bisa melakukan analisa secara terinci dengan alat tersebut." Setelahnya, sampel akan diperiksa sekali lagi di laboratorium khusus untuk mengidentifikasi bahan kimia yang digunakan.

Darah dan Urin

Sampel darah dan urin juga bisa menguak banyak hal tentang serangan gas racun. "Jika bisa sampai dengan cepat ke lokasi korban, maka bisa diambil sampel urin. Tapi sisa kandungan racun lebih bertahan lama di dalam darah", tambah Trapp. Sampel tersebut harus dikirim ke laboratorium khusus untuk dianalisa.

Suriah sendiri diketahui tidak hanya memiliki gas saraf. Gas sulfur mustard dan gas penyebab iritasi juga termasuk invetaris militer Suriah. Berdasarkan perkiraan OPCW, negara ini memiliki lebih dari 1000 ton senjata kimia. Suriah adalah satu dari tujuh negara yang tidak menandatangani konvensi senjata kimia PBB.