1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemberontak Ultimatum Wilayah Pro-Gaddafi

30 Agustus 2011

Wilayah pro-Gaddafi punya waktu hingga Sabtu (3/9) untuk menyerah. Dewan Transisi Nasional ingin kaum pemberontak dengan damai bergerak ke arah selatan untuk menghindari lebih banyak pertumpahan darah dan kehancuran.

https://p.dw.com/p/12Q9k
Pemberontak Libya di pinggiran Misrata, 190 kilometer dari Sirte.
Pemberontak Libya di pinggiran Misrata, 190 kilometer dari Sirte.Foto: dapd

Dewan Transisi Nasional NTC bentukan pemberontak Libya mengultimatum wilayah pro-Muammar Gaddafi untuk menyerah atau perebutan kota akan dilakukan dengan cara kekerasan. Gaddafi sendiri masih belum diketahui keberadaannya. Meski ada dugaan Gaddafi bersembunyi di kampung halamannya, Sirte. Sebuah kota di pesisir Laut Tengah, tepatnya diantara ibukota Tripoli dan Benghazi.

Tenggat waktu hormati Idul Fitri

Kekuatan anti-Gaddafi sudah mengepung Sirte dari arah timur dan barat, namun masih menunggu hingga negosiasi pemberontak dengan pemimpin suku di Sirte menemui jalan buntu. Ketua NTC, Mustafa Abdel Jalil, memberi tenggat waktu selama 4 hari hingga Sabtu (3/9) mendatang. Ada alasan lain di balik tenggat waktu tersebut. Seperti diungkapkan Saleh, salah seorang pemberontak yang ikut bergerak menuju Sirte, "Untuk sementara kami hanya akan bertahan disini. Karena kami harus menghormati libur hari raya Idul Fitri di akhir bulan Ramadan. Jadi setelah liburan Idul Fitri barulah kami mulai bergerak ke Sirte. Semoga."

NATO semakin parsial

NATO yang seharusnya menjalankan misi netral dan bertujuan melindungi warga sipil, justru membuka jalan bagi pergerakan kaum pemberontak. Sirte kini menjadi fokus operasi NATO. Saat ditanya mengenai langkah selanjutnya begitu pertempuran pecah di Sirte, juru bicara NATO, Oana Lungescu, menjawab, "Selama masih ada ancaman, masih ada tugas yang menanti. Dan kami akan menyelesaikan tugas tersebut. Misi NATO akan terus berlanjut sesuai mandat PBB selama masih dibutuhkan, tapi tidak lebih dari itu. Memang tampaknya kami sudah dekat titik akhir, namun kami belum sampai disitu."

Kemenangan yang sebenarnya

Sementara itu, warga Tripoli yang kekurangan suplai air bersih dan listrik tetap bersemangat untuk merayakan Idul Fitri pertama sejak Gaddafi tergeser. Sejumlah warga yang diwawancara Free Libya TV yang pro-oposisi menyebut lebaran kali ini sebagai hari kemenangan yang sebenarnya. "Setiap tahun kami merayakan dengan pakaian baru dan makanan berlimpah. Tahun ini ada kekurangan, namun Tuhan memberi kami kebebasan," ujar seorang warga.

Presiden Afrika Selatan yang juga ketua Komisi Libya dalam Uni Afrika, Jacob Zuma (kiri), berdiskusi dengan Ramtane Lamamra, komisaris Uni Afrika untuk Perdamaian dan Keamanan di Addis Ababa, Etiopia. Keduanya bertemu Jumat (26/8) saat konferensi Uni Afrika untuk Libya.
Presiden Afrika Selatan yang juga ketua Komisi Libya dalam Uni Afrika, Jacob Zuma (kiri), berdiskusi dengan Ramtane Lamamra, komisaris Uni Afrika untuk Perdamaian dan Keamanan di Addis Ababa, Etiopia. Keduanya bertemu Jumat (26/8) saat konferensi Uni Afrika untuk Libya.Foto: dapd

Uni Afrika tetap loyal pada Gaddafi

Hampir 60 negara telah mengakui NTC sebagai pemerintahan sah Libya. Banyak diantaranya negara-negara Barat. Banyak juga negara-negara Afrika, namun justru Uni Afrika yang memayungi 54 negara Afrika masih meragukan rezim baru di Tripoli. Apa alasannya? Adams Oloo, seorang profesor di Universitas Nairobi, menjelaskan, "Gaddafi selama ini menjadi daya penggerak Uni Afrika. Ia menginginkan persatuan semua negara Afrika. Dan yang lebih penting lagi, Gaddafi dulunya donor terbesar Uni Afrika. Makanya konfederasi ini menunggu hingga detik-detik terakhir sebelum berpaling dari Gaddafi. Kasusnya juga sama bagi banyak kepala negara Afrika. Banyak yang berpikir Gaddafi masih mungkin kembali berkuasa. Tidak ada yang berani menentang Gaddafi."

Tanpa Gaddafi, para pemberontak di Darfur tak mungkin bisa bertempur begitu lama. Begitu juga dengan lamanya kekuasaan banyak diktator di Afrika Tengah dan Kongo. Sejumlah pengamat bahkan yakin Gaddafi mendanai militan al-Shabaab di Somalia. Tak heran Uni Afrika tetap loyal kepada Gaddafi. Kini NTC harus memberi penawaran baru bagi Uni Afrika yang memang gemar menerima.

dpa/rtr/Carissa Paramita

Editor: Vidi Legowo-Zipperer