1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemberontak Tuareg Akhiri Pertempuran

5 April 2012

Pemberontak etnis Tuareg mengumumkan akhir pertempuran di Mali Utara. Sementara junta militer Mali tuntut intervensi militer internasional melawan pemberontak dan Islamis bersenjata.

https://p.dw.com/p/14YME
A Tuareg nomad stands near a 13th century mosque in Timbuktu in this March 19, 2004 file photo. Just as Timbuktu with its exotic staccato name is part of the lore of the Sahara, this same mystery cloaks the Tuaregs, those blue-robed desert marauders who have peopled adventure stories and Hollywood films for years. But there is nothing fictional about the rebels of the National Movement for the Liberation of Azawad (MNLA) who charged into Timbuktu on Sunday to plant their yellow, green, red and black flag in the city to claim it as part of a homeland covering an area of northern Mali the size of France. To match story MALI-TIMBUKTU/MYTH REUTERS/Luc Gnago/Files (MALI - Tags: POLITICS CIVIL UNREST RELIGION)
Seorang Tuareg MaliFoto: Reuters

Pada situs internet gerakan separatis Tuareg MNLA (Gerakan Pembebasan Nasional wilayah Azawad) terpampang pernyataan bahwa desakan masyarakat internasional merupakan salah satu alasan untuk menghentikan pertempuran. Pemberontak Tuareg berjuang untuk mendapatkan kedaulatan di Azawad yang merupakan wilayah gerak suku pengembara itu, dan terbentang dari sebelah barat Mali hingga Utara Mali serta mencakup bagian dari Niger Utara dan Aljazair Selatan.

Setelah kudeta militer di Mali 22 Maret lalu, MNLA dan kelompok Islamis Ansar Dine dalam hanya beberapa hari berhasil menguasai sejumlah besar wilayah utara dan kota-kota terpenting, seperti Kidal, Gao dan Timbuktu. Sejak itu, Mali Utara sulit diakses bagi jurnalis dan petugas organisasi bantuan asing. Keadaan di wilayah itu juga rawan mengingat kehadiran begitu banyaknya kelompok bersenjata.

Mali's junta leader Captain Amadou Sanogo speaks during a new news conference at his headquarters in Kati April 3, 2012. REUTERS/Luc Gnago (MALI - Tags: POLITICS MILITARY)
Pemimpin kudeta Mali, Haya SanogoFoto: dapd

Ansar Dine Kuasai Timbuktu

Penduduk setempat melaporkan, Ansar Dine yang terkait dengan kelompok Al Qaida Afrika Utara (AQMI) saat ini menyingkirkan pemberontak Tuareg MNLA dari Timbuktu. Namun hal ini disangkal MNLA. Ansar Dine tampaknya telah memberlakukan hukum Syariah di kota bersejarah itu.

Sementara itu, kelompok Islamis Gerakan bagi Kesatuan dan Jihad di Afrika Barat yang dikatakan merupakan pecahan dari AQMI, mengklaim menguasai Gao. Para warga kota itu melaporkan, konsulat Aljazair diserbu pada hari Kamis (5/4) dan sebelumnya telah terjadi penjarahan dan perkosaan.

Saksi mata selanjutnya melaporkan, ratusan warga melarikan diri Rabu malam (4/4) dari wilayah itu. Menurut sumber militer Mali, tiga warga barat, di antaranya seorang Perancis, yang berada di Timbuktu berhasil diselamatkan pada hari-hari terakhir ini. Kementrian luar negeri Jerman menyerukan warganya untuk segera meninggalkan Mali.

ECOWAS bicarakan kemungkinan operasi milter

Dewan Keamanan PBB hari Rabu (4/4) mengeluarkan pernyataan untuk segera mengakhiri kekerasan di Mali Utara dan mengutuk "serangan, penjarahan dan perampasan tanah" di wilayah itu. Pemimpin kudeta Mali, Amadou Sanogo hari Kamis menuntut dilaksanakannya operasi militer internasional untuk menghancurkan pemberontak. "Negara adidaya" juga memerangi "struktur fundamentalis di Afghanistan", ujar Sanogo kepada harian Perancis "Le Monde" dan Libération".  Karena itu apa salahnya untuk melancarkan operasi militer di Mali Utara, tambah Sanogo.

Masyarakat internasional pada hari-hari terakhir meningkatkan tekanan atas pelaku kudeta di Mali agar mengembalikan situasi negeri itu ke kondisi semula sesuai konstitusi. Tokoh-tokoh Komunitas Negara-Negara Afrika Barat ECOWAS hari Kamis melakukan pertemuan di Abijan, Republik Pantai Gading, untuk membicarakan kemungkinan intervensi militer di Mali.

Christa Saloh-Foerster (dpa, afpd, rtrd)