1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemberontak Libya Makin Terdesak, NATO Hadapi Kesulitan

20 April 2011

Pertempuran di kota Misrata makin sengit. Pasukan NATO yang diberi mandat Perserikatan Bangsa Bangsa untuk melindungi warga sipil, kesulitan menghentikan laju pasukan penguasa Libya.

https://p.dw.com/p/10yHp
Pasukan pendukung Gaddafi di kota MisrataFoto: picture-alliance/dpa

Mandat PBB yang diemban NATO sejauh ini hanya memungkinkan pasukan NATO melakukan serangan udara untuk melemahkan kekuatan pasukan Gaddafi. Komandan operasi NATO di Libya Letnan Jenderal Richard Bouchard, menuding Gaddafi menjalankan taktik tidak bermoral. Tentara Gaddafi dilaporkan menyamar sebagai penduduk sipil sambil bersembunyi dan menembaki pasukan pemberontak dari atap sekolah, mesjid dan rumah sakit. Peralatan tempur berat, mereka parkir di dekat mesjid serta rumah sakit. Selain itu, mereka juga menggunakan perempuan dan anak-anak sebagai tameng.

Taktik ini, membuat pasukan udara NATO kesulitan. NATO khawatir, jika serangan dilancarkan maka akan jatuh korban sipil. Jenderal NATO Mark van Uhm menyebut, serangan udara dalam situasi ini menjadi hampir tidak mungkin dilakukan. "Ada keterbatasan untuk menghentikan pertempuran di sebuah kota melalui serangan udara. Kami mengambil semua tindak pencegahan untuk menghindari korban sipil akibat serangan udara kami. Apa yang kami lakukan adalah menyerang kemampuan rezim untuk mensuplai dan melanjutkan serangan mereka dalam jangka panjang. Tidak hanya di Misrata, tapi juga wilayah lainnya.“

Dilaporkan bahwa pasukan udara NATO telah menyerang pusat komando pasukan Gaddafi, serta satu markas besar militer yang terletak 10 kilometer dari ibukota Tripoli. Serangan ini diharapkan bisa memutus struktur komando dan melemahkan moral pasukan Gaddafi.

Sementara itu, kelompok pemberontak yang kian terdesak, kini meminta bantuan. Mereka mengharapkan negara-negara asing mengerahkan pasukan darat. Pemerintah Inggris dilaporkan akan memberikan bantuan logistik dan ahli militer untuk melatih kelompok oposisi di Benghazi. Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan, misi ini masih berada dalam koridor resolusi PBB. "Segala sesuatu yang kami lakukan, sejalan dengan Resolusi Dewan Keamanan 1973. Resolusi itu memberi kewenangan kepada kami dan negara-negara lain untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi warga sipil Libya.“

Pasukan Gaddafi hingga kini terus mendesak tentara pemberontak yang bertahan di Misrata. Enam pekan sudah, Gaddafi mengepung dan membombardir kota di bagian barat Libya itu. Ribuan orang dilaporkan tewas. Sebagian besar adalah warga sipil, bukan tentara pemberontak.

Pasukan oposisi kesulitan menghadapi pasukan Gaddafi yang terlatih dan punya pasokan dana kuat. Selama ini, kelompok pemberontak mengandalkan uang dari hasil penjualan minyak dari kilang-kilang yang mereka kuasai. Namun beberapa waktu terakhir, kilang-kilang itu dihancurkan oleh pasukan Gaddafi. Akibatnya, mereka tak punya uang untuk membeli amunisi, makanan dan obat-obatan.

Andi Budiman/rtr,ap,afp

Editor: Hendra Pasuhuk