1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiCina

Pemadaman Listrik di Cina Berpotensi Ganggu Rantai Produksi

28 September 2021

Ketatnya kuota konsumsi batu bara memaksa pembangkit listrik berhenti beroperasi. Akibatnya pasokan listrik untuk pabrik dan rumah tangga terhenti. Kini rantai suplai global dikhawatirkan ikut terdampak.

https://p.dw.com/p/40xps
PLTU di Cina
PLTU di CinaFoto: Zhou Changguo/dpa/picture alliance

Sebanyak 23 buruh di sebuah pabrik di kota Liaoyang dilarikan ke rumah sakit usai keracunan gas menyusul matinya sistem ventilasi akibat pemadaman listrik. Beruntung, tidak seorangpun berada dalam kondisi kritis, lapor stasiun televisi CCTV, Senin (27/9).

Insiden itu merupakan pertanda datangnya krisis energi di jantung manufaktur Cina. 

Sejak pemerintah menetapkan kuota energi, pabrik-pabrik tutup berkala agar tidak melampaui batas konsumsi listrik. Ekonom dan pegiat lingkungan melaporkan, sektor manufaktur sudah menghabiskan jatah listrik untuk tahun ini. 

Kejar permintaan pasar pasca pandemi

Produksi diklaim melonjak untuk memenuhi permintaan ekspor pascapandemi. Sebab itu penutupan pabrik di Cina dikhawatirkan akan berdampak pada perdagangan global.

Sebuah perusahaan yang memasok komponen untuk produsen elektronik AS, Apple, misalnya harus menyegel pabriknya di barat kota Shanghai atas perintah otoritas lokal. Eson Precision Engineering Co. Ltd. menyebut penutupan pabrik "sudah sesuai dengan kebijakan pembatasan listrik oleh pemerintah lokal,” tulis perusahaan dalam keterangan persnya, Minggu (26/9).

Daftar negara dengan jumlah pembangkit batu bara paling banyak di dunia.
Daftar negara dengan jumlah pembangkit batu bara paling banyak di dunia.

Apple sejauh ini belum berkomentar soal gangguan pada pemasok utama komponen untuk iPhone itu.

Pembatasan listrik demi efisiensi oleh pemerintah Cina juga membuat perusahaan energi kelimpungan. Tanpa bisa membebankan kenaikan ongkos produksi kepada konsumen, harga listrik saat ini, "melampaui batas yang bisa ditanggung oleh industri listrik Cina,” kata Li Shuo, pakar iklim di Greenpeace, Beijing.

Menurut Li, sejumlah provinsi memangkas kapasitas produksi karena sudah menghabiskan sebagian besar kuota listrik tahunan. 

Demi perpsektif masa depan

Pemadaman listrik di jantung manufaktur Cina di tengah derasnya permintaan global menggariskan komitmen Beijing memperbaiki neraca lingkungan, menurut laporan lembaga konsultan Jepang, Nomura, Senin (27/9).

"Ketegasan Beijing dalam menegakkan batasan konsumsi energi bisa menghasilkan dampak positif dalam jangka panjang. Tapi ongkos ekonomi jangka pendek bisa substansial,” tulis ekonom Nomura, Ting Lu, Lisheng Wang dan Jing Wang.

Mengapa Sulit Promosikan Energi Terbarukan di Taiwan

Mereka menulis, dampak pemadaman listrik diprediksi akan memangkas pertumbuhan ekonomi Cina dari 5,1 menjadi 4,7 persen, dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu. Adapun pertumbuhan tahunan juga menyusut dari 8,2 persen menjadi 7,7 persen untuk tahun ini.

Perlambatan ekonomi dipandang perlu untuk mendorong industri yang haus energi agar mau beroperasi lebih efisien dan minim polusi. 

Saat ini Cina masih merupakan salah satu produsen gas rumah kaca terbesar di dunia. Namun sektor manufaktur yang ikut memotori pertumbuhan selama ini digerakkan oleh listrik dari batu bara atau minyak bumi. 

Pertengahan Oktober mendatang, pemimpin dunia akan bertemu secara virtual di kota Kunming untuk membahas krisis iklim. Dalam kesempatan itu, Presiden Xi Jinping diyakini akan mengabarkan kemajuan Cina memangkas emisinya.

Baru-baru ini pemerintah di Beijing mengumumkan akan berhenti berinvestasi untuk energi batu bara di luar negeri.

rzn/as (rtr,afp)