1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Peluang dari Kerjasama di Bidang Energi Terbarukan

29 Januari 2009

Kerjasama di bidang energi terbarukan tidak hanya mendorong pemanfaatan energi alternatif di dunia, tapi juga mendorong perdamaian.

https://p.dw.com/p/GjO2
Menteri Lingkungan Jerman Sigmar Gabriel (tengah) pada pembukaan konferensi pendirian IRENA (26/01)Foto: picture-alliance/ dpa

Ekonomi energi nuklir diatur Badan Energi Atom Internasional, sementara ekonomi energi konvensional diatur Badan Energi Konvensional Internasional IEA. Yang belum ada, sebuah badan internasional yang mendorong pemanfaatan sumber energi terbarukan seperti matahari, angin, air dan biomassa.Namun situasinya berubah sejak Senin 26 Januari di Bonn. Terutama atas bantuan Denmark dan Spanyol serta jerih payah dua utusan khusus departemen luar negeri Jerman Menteri Lingkungan Jerman Sigmar Gabriel dapat menarik neraca keberhasilan

"120 negara yang hadir, juga Amerika Serikat sebagai pengamat konferensi ini, sementara lebih dari 50 negara akan menandatangani pembentukan IRENA. Artinya kami benar-benar mencapai sukses besar dan saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh karyawati dan karyawan jajaran kami, yang membawa kami mencapai hasil tersebut."

Sejak lahirnya gagasan pertama, lebih dari 20 tahun hingga terbentuknya IRENA saat ini, banyak perubahan terjadi di dunia. Shock akibat naiknya harga minyak membuka mata banyak negara, betapa pentingnya melepaskan ketergantungan dari sumber energi fosil. Ancaman bencana iklim menunjukkan, bahwa pemanfaatan energi alternatif, yang hanya terbatas pada sejumlah negara tidak cukup untuk mengurangi emisi CO 2 dalam jumlah yang diperlukan. Landasan untuk energi terbarukan mulai sekarang harus diperluas ke banyak negara. Demikian menteri lingkungan Jerman Gabriel. Badan energi yang baru dibentuk IRENA, akan membantu

„Badan itu akan menjelaskan terdapat jawaban berbeda atas tantangan keamanan pengadaan energi di tengah berkembangnya industrialisasi selain penghancuran lingkungan lebih lanjut, eksploitasi lahan dan juga yang terutama pencemaran atmosfir. Dan perlindungan iklim, perkembangan industrialisasi serta jaminan pengadaan energi terkait satu sama lain. Hal itu dapat dimanfaatkan sebagai bantuan untuk negara-negara berkembang. Berbeda dengan energi nuklir yang membutuhkan biaya besar misalnya, jaringan listrik dari energi terbarukan dapat didesentralisasi atau disesuaikan dengan kebutuhan sebuah kawasan atau suatu negara, tanpa biaya mahal."

Menteri lingkungan Sigmar Gabriel kembali mengumumkan, Jerman akan meningkatkan penggunaan energi terbarukan hingga tahun 2020 sebanyak dua kali lipat. Dan dengan demikian lapangan kerja yang tercipta di bidang energi terbarukan saat ini, sebanyak 250 ribu, akan bertambah dalam jumlah yang sama.

Badan energi terbarukan diharapkan segera memulai tugasnya. Untuk itu sebuah komisi persiapan, yang beranggotakan semua negara-negara penandatangan, melakukan pertemuan. Budget tahunan badan tersebut mula-mula 25 juta Euro, sementara kedudukan badan tersebut akan diputuskan Juni mendatang. Kota Bonn juga mendaftarkan diri untuk menjadi markas besar IRENA

Sigmar Gabriel:„IRENA akan mengajukan agenda dukungan politik bagi energi terbarukan di dunia dan mendorong pengembangan teknologinya, meningkatkan kerangka hukum dan ekonomi di bidang tersebut dan terutama juga menawarkan bantuan secara kongkrit. Saya pikir, ini adalah hari yang bersejarah dan berterima kasih kepada semua yang sudah berusaha mencapai keberhasilan ini."

Peluang Perdamaian di Timur Tengah dari Kerjasama Energi

Selain untuk mengatasi krisis energi dan meningkatkan perekonomian, kerjasama di bidang energi terbarukan juga dapat menjadi pemicu perdamaian. Kehancuran dan kerusakan akibat perang di Jalur Gaza membutuhkan bantuan humaniter dan pembangunan kembali. Dengan rencana pembangunan instalasi energi surya yang dikombinasikan dengan instalasi untuk menawarkan air laut, Mesir, Palestina dan Israel dapat melakukan langkah pertama untuk melakukan pembangunan kembali dan menyediakan kebutuhan air dan listrik jangka panjang di Jalur Gaza. Hanya dengan kerjasama lintas regional dengan pemberi jaminan besar seperti Mesir, perbedaan dapat dijembatani. Seperti Eropa setelah mengalami berbagai perang, dengan pembentukan perhimpunan batu bara dan baja di Eropa dapat diciptakan landasan untuk kerjasama dan pengertian. Di Timur Tengah juga mula-mula dapat dibentuk perhimpunan untuk manajemen energi dan air guna mencapai perdamaian. Demikian pakar politik Norwegia Johan Galtung, yang dikenal sebagai peletak dasar riset perdamaian.

"Usulan dari pihak saya adalah sesuatu yang berhubungan dengan air. Karena sudah diketahui air untuk dunia Arab diatur oleh negara-negara non Arab. Turki, Ethiopia dan Israel. Ketiganya menjalin kemitraan dengan Amerika Serikat. Sementara dunia Arab sebagian besar terdiri dari padang pasir. Jadi situasinya amat kritis."

Amat diperlukannya manajemen bersama sumber daya di kawasan Timur Tengah juga menyimpan peluang. Contoh sejarah bagi penyelesaian perdamaian lewat kerjasama cukup banyak. Jadi di Timur Tengah sebuah aliansi kerjasama manajemen dan energi juga dapat mendorong solusi perdamaian. Demikian pendapat Galtung

„Oleh sebab itu saya cenderung mengatakan kami disini memiliki undangan dari energi dan sumber daya untuk menciptakan perdamaian. Melalui peluang mempertemukan musuh-musuh untuk lebih mengupayakan energi dan sumber daya yang ramah lingkungan dan sekaligus meredakan konflik melalui kerjasama."

Pemecahan teknis untuk membangkitkan listrik dan air dari energi surya sudah lama digarap. Jaringan kerjasama para pakar Desertec, secara khusus merencanakan instalasi tenaga surya yang dikombinasikan dengan instalasi untuk menawarkan air laut. Ini juga untuk mendorong perdamaian dan hubungan bertetangga yang baik. Demikian ditekankan Gerhard Knies salah seorang pendiri Desertec.

Pilot proyek pertama dari Desertec untuk Gaza adalah memasok tiga juta warga dengan listrik dan air. Pimpinan pilot proyek ini, Gerhard Timm

„…Karena saat ini warga di sana menderita akibat meningkatnya kadar garam pada air tanah. Karena mereka harus menggali sumur sedemikian dalam untuk dapat memperoleh air bersih. Di sana air tanah yang sudah tercemar air laut, dan air ini tidak lagi dapat diminum. Oleh sebab itu proyek tersebut benar-benar merupakan proyek politik perdamaian, politik pembangunan dan politik energi, jika berhasil direalisasikan.“

Menurut Gerhard Timm total investasi pilot proyek di Gaza berjumlah lima juta Euro. (dk)