1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pekerja Pabrik Bangladesh Terus Lakukan Unjuk Rasa

13 Desember 2010

Belasan ribu pekerja industri pakaian jadi Bangladesh terus melancarkan unjuk rasa besar-besaran. Sehari sebelumnya, Minggu (12/12), empat demonstran tewas diterjang peluru polisi, dan belasan terluka.

https://p.dw.com/p/QXgu
Petugas kepolisian menghalau para demonstran di Dhaka, Minggu (12/12)Foto: AP

Para buruh garmen di perusahaan-perusahaan yang mengerjakan pesanan dari merk-merk terkenal dunia itu memblokade jalanan dan membarikade pabrik-pabrik. Mereka menuntut pemberlakuan upah minimun yang menurut kesepakatan pemerintah dan pengusaha bulan Juli lalu, mulai diberlakukan Desember ini.

Dalam kesepakatan itu pengusaha berkewajiban membayar buruh mereka setidaknya 3000 Taka, atau sekitar 400 ribu Rupiah per bulan. Naik 80 persen dibanding upah minimum tahun 2006. Namun banyak perusahaan belum menerapkan ketentuan ini. Di Bangladesh terdapat sekitar 4.500 pabrik garmen yang memproduksi pakaian jadi untuk antara lain Levi-Strauss, H&M serta retail internasional WalMart.

Hari Senin (13/12), sekitar 5.000 buruh melakukan aksi duduk di sebuah kawasan industri di Gazipur. Sementara di zona ekspor Aghulia di barat laut Bangladesh, sekitar 5.000 buruh lain melancarkan mogok kerja. Kepala Polisi Bangladesh Khandaker Shafiqul Alam menyatakan, para buruh menutup jalan utama yang menghubungkan Dhaka dengan bagian utara negeri itu.

Ia menuding, unjuk rasa didalangi para buruh senior yang dikatakannya frustrasi karena dirugikan oleh skema upah baru. Para pejabat berwenang di Zona Ekspor Chittagong menjanjikan untuk mengkaji ulang struktur pengupahan yang baru. Polisi juga menjanjikan untuk mengusut tuntas kekerasan hari Minggu (12/12).

Terlepas dari aksi pemogokan, sejumlah pabrik sudah dibuka lagi di Chittagong, sesudah penjagaan keamanan diketatkan berlipat-lipat. Namun pabrik milik perusahaan Korea Youngone, yang paling terkena dampak kekerasan hari Minggu, hanya membuka kembali satu dari 17 pabrik mereka.

Youngone adalah perusahaan garmen dengan nilai ekspor terbesar di Bangladesh, mencatat perputaran uang senilai 1,2 milyar Dolar per tahun. Dalam kerusuhan hari Minggu, puluhan manajer perusahaan itu dipukuli para pengunjuk rasa. Sejumlah fasilitas pabrik rusak, dengan kerugian yang ditaksir mencapai sekitar 15 juta Dolar.

Sejauh ini sudah 30 orang ditangkap di Chitaggong. Polisi juga membidik 3000 pengunjuk rasa dengan dakwaan terlibat kerusuhan . Di sisi lain, pemerintah memperingatkan akan mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan yang tidak mematuhi ketentuan kenaikah upah minimum.

Industri pakaian jadi mencakup 80 persen pendapatan ekspor Bangladesh, yang tahun lalu bernilai 16,2 milyar Dollar. Sektor ini mempekerjakan lebih dari tiga juta buruh, 85 persen di antaranya perempuan.

Ging Ginanjar/afp

Editor: Agus Setiawan