1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pekerja Konstruksi Jalan - Jochen Wörz

Membangun jalan adalah pekerjaan fisik yang cukup yang berat. Bekerja di antara aspal cair dan mesin giling jalan bahkan tidak jarang sampai dua belas jam seharinya.

https://p.dw.com/p/N25q

Sambil memulai harinya dengan secangkir kopi dan sebatang rokok, Jochen Wörz dapat memandang ke arah jalan tol A8 dari jendela tempat tinggalnya. Jalan tol itu adalah jalan penghubung utama di daerah selatan Jerman, antara Stuttgart dan München. Di sana sedang dikerjakan satu proyek, ia dan rekannya harus memperbaiki jalur jalan.

Pekerja konstruksi jalan yang simpatik ini hidup sederhana dengan menyewa sebuah apartemen kecil di lantai dua. Gedung apartemennya berdiri atas sebuah bukit di Gruibingen, sebuah desa berpenduduk 2500 orang dekat daerah Schwäbischen Alb di negara bagian Baden Württemberg. Ia dilahirkan di Wiesenteig, tak jauh dari desa tempat tinggalnya saat ini. Seumur hidupnya ia telah menetap di sekitar daerah itu saja.

Orangtua Tunggal

Sebelum Jochen meninggalkan rumah, sekitar pukul 6.30, pria berusia 43 tahun ini lebih dahulu membangunkan anaknya, Julian, yang berusia sembilan tahun untuk memberikan petunjuk-petunjuk tentang apa yang harus dilakukan hari itu. Sejak tahun 2001, ia bercerai dari istrinya. Mantan istri Jochen juga tinggal di daerah tersebut. Mereka berbagi hak asuh Julian.

Perusahaan pembangunan jalan dan fondasi Moll, tempat kerja Jochen, terletak beberapa ratus meter dari apartemennya. Di perusahaan ini genap 27 tahun yang lalu Jochen mulai magangnya. Sekarang ia bekerja sebagai mandor di situ. Perusahaan itu sendiri berdiri sejak 70 tahun yang lalu dan memiliki sekitar 100 orang pekerja. Dari kantor pusat, Jochen berangkat ke lokasi pembangunan jalan yang kira-kira 40 kilometer jauhnya.

Jochen dan para pekerjanya membawa bahan-bahan untuk dasar jalan. Pekerjaan mereka mulai setelah pekerjaan awal jalan telah selesai. Jochen Wörz dan rekan kerjanya melapisi jalan dengan aspal setebal 2-3 centimeter. Aspal panasnya bisa mencapai 160 derajat celcius. Banyak keringat akan tercurah di sini. Dengan bercanda, humor dan cerita-cerita lucu mereka dapat melalui hari kerja yang berat itu.

Istirahat Yang Pendek, Kerja Yang Panjang

Jam setengah sebelas adalah waktu istirahat. Jochen membawa bekal berupa buah-buahan dan beberapa potong roti dengan keju dan berbagai jenis sosis. Setengah jam setelahnya, pekerjaan dimulai kembali sampai malam hari. Tak jarang hari kerjanya berlangsung sampai 12 jam. Biasanya dari April sampai November.

Mulai bulan Desember sampai beberapa bulan , biasanya tidak ada pekerjaan membangun jalan, karena musim dingin. Di masa-masa ini, Jochen dan rekan-rekannya menerima uang kompensasi "cuaca buruk" dari Departemen Tenaga Kerja. Jumlahnya sekitar 60% dari gaji normal. Dengan uang ini ia tetap dapat pergi berlibur. Dengan anaknya, ia bahkan pergi berjalan-jalan ke Mesir.

Jochen melihat dunia melaui mata anaknya. Baginya, anaknya adalah segalanya. Yang terpenting baginya adalah bahwa Julian mendapatkan pendidikan yang baik. Untuk dirinya sendiri, ia berharap bahwa suatu saat nanti ia dapat menemukan cinta yang baru.

Satu Hari Yang Berat Berlalu

Pulang ke rumah setelah menjalani hari kerja yang berat membawa suka cita yang besar buat Jochen Wörz. "Saya tahu kalau anak saya menunggu kedatangan saya," katanya. Makanan kesukaannya adalah kacang polong dengan Spätzle, semacam hidangan mie khas daerah Schwäbisch. Jochen dan Julian jarang masak. Seringkali mereka hanya makan malam roti dan keju atau sosis saja.

Sekali-sekali, Jochen pergi ke Rumah Makan Hirsch. Pemiliknya adalah bekas teman sekolah Jochen. Jochen sering bertemu teman-temannya di bar rumah makan ini untuk minum bersama. Di sini semuanya setara, pembangun jalan atau direktur, pegawai pemerintahan atau pegawai kecilan. Teman-teman dari masa remajanya juga penting bagi Jochen.

Jochen Wörz menyukai musik-musik cadas, ia ingin sekali untuk sering pergi ke konser musik. Sayangnya tidak banyak band yang manggung di daerah Gruibingen. Meski pun demikian, ia tidak mau tinggal di daerah lain.

Amjad Ali/Munge Setiana-Heitland

Editor: Yuniman Farid