1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pecahnya Gelembung Bursa Cina

28 Februari 2007

Surat kabar Bursa Shanghai terjual habis. Runtuhnya bursa Cina hari Selasa (27/02) mengguncang dunia.

https://p.dw.com/p/CP8U
Foto: AP

Di pusat ekonomi Shanghai banyak yang menggerutu, walaupun tidak ada suasana panik. Lebih dari separuh nilai saham di pasar bursa Shanghai anjlok 10%. Namun, nilai saham tidak mungkin turun lebih dari itu dalam satu hari, karena sistim pengaturannya. Jual beli saham langsung dihentikan.

Di Eropa, perusahaan-perusahaan yang memliki hubungan dagang dengan Cina merasakan dampaknya. Nilai saham ThyssenKrupp yang bergerak di bisnis baja, turun 5% di pasar bursa Jerman, DAX. Sementara pasar Bursa New York mengalami hari tergelap sejak serangan teror 2001, ketika semua harga saham anjlok. Kali ini indeks rata-rata saham Dow Jones Industrial merosot 3%. Sedangkan Bursa Hong Kong, Han Seng hari Rabu (28/02) ini masih mengalami kemunduran akibat gelombang penjualan saham yang terjadi. Walaupun begitu dibandingkan dengan kemarin ketika Indeks Hang Seng merosot 9%, Indeks Saham hari Rabu (28/02) ini membaik, tercatat hanya turun 2,5%.

Melemahnya bursa Hong Kong sudah diprediksi oleh sebagian besar pialang yang aktif di sana. Mereka menilainya sebagai korektur sehat setelah pasar itu terus menguat selama 12 bulan. Ernie Hon seorang analis bursa membandingkannya dengan situasi di tahun 2004, ketika indeks bursa anjlok setelah Cina mengumumkan akan memperketat peraturan ekonominya. Namun Hon menilai kondisi ekonomi saat ini lebih baik dan pasar bursa akan kembali membaik dalam waktu dua sampai tiga minggu.

Di Shanghai, Liu Kan seorang komentator ekonomi di televisi menerangkan tidak perlu panik. Tuturnya, "Goncangan kecil di pasar bursa tidak akan menghambat naiknya harga saham lagi, para pemilik saham harus melihat situasinya secara luas.“

Namun para analis tidak begitu optimis. Surat kabar Shanghai Daily mengutip pakar dari Kingsun Invesment, yang mengatakan bahwa trend untuk menjual akan terus berlanjut bila pemerintah Cina tidak memberi isyarat kuat untuk mengatasinya. Surat kabar ekonomi di Beijing menulis, perilaku bursa seperti ini merupakan hal yang biasa pada pasar yang terlalu cepat menguat. Disebutkan juga bahwa peristiwa ini juga akibat pengumuman yang dikeluarkan pemerintahan Cina. Sementara Jake von der Kamp, seorang pengamat ekonomi dari surat kabar Hong Kong, South China Morningpost menilai bahwa yang terjadi adalah pecahnya gelembung bursa Cina. Ia mengatakan:

"Yang kita lihat ini adalah gelembung di pasar bursa. Banyak bisnis spekulatif, dengan instrumen pasar yang berisiko. Pasar bursa di Cina masih belum terbuka dan banyak kepentingan politik yang berusaha mendikte pasar."

Pada masa mendatang Cina bermaksud mengawasi bursa dengan lebih ketat melalui sebuah komisi khusus, yang terdiri dari wakil-wakil bank moneter dan dewan pengawas bank dan pasar bursa. Selain itu, nantinya para pialang harus memberi informasi lebih dulu kepada kliennya mengenai risiko saham itu.