1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Terorisme

Pasca Kerusuhan di Mako Brimob Berakhir

10 Mei 2018

40 jam lamanya napi terorisme menyandera Rutan di Mako Brimob Depok. Lima petugas dan satu tahanan tewas. Penyanderaan berakhir, ketika para napi menyerahkan diri. Bagaimana upaya menindak tegas terorisme?

https://p.dw.com/p/2xTW3
Indonesien | Polizei beendet Gefängnisaufstand
Foto: picture alliance / Xinhua News Agency

155 tahanan di rutan cabang Salembang di dalam Mako Brimob, Depok menyerahkan diri Kamis pagi (10/05). Aparat kepolisian kembali dapat mengusai rutan dan mengakhiri aksi kerusuhan selama dua malam yang disertai penyanderaan yang diklaim terkait dengan kelompok ISIS.

Narapidana menyerahkan diri setelah mendapat ultimatum dari petugas keamanan, ungkap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Wiranto. Sekitar 10 tahanan yang awalnya menolak untuk menyerahkan diri akhirnya menyerah ketika polisi menyerbu masuk ke dalam rutan dan menembakkan bom asap dan gas air mata.

Penganiayaan sandera

Lima korban tewas dari pihak kepolisian dilaporkan dibunuh dengan senjata tajam. Hasil identifikasi memperlihatkan sebagian besar korban mengalami luka dalam di bagian leher dan satu korban mengalami luka tembak di kepala. Empat petugas yang selamat tak luput dari penyiksaan yang sama.

Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengungkapkan para korban dari pihak kepolisian diduga dianiaya dengan sadis terlihat dari sejumlah luka di sekujur tubuh.

Kerusuhan Pecah di Tahanan Mako Brimob

"Mereka melakukan kekejaman dengan merampas senjata, menyandera, menyiksa, bahkan membunuh para petugas dengan cara-cara yang keji, kejam dan di luar batas kemanusiaan," ujar Wiranto dalam konferensi pers seperti dikutip dari AP.

Siapa napi yang terlibat?

Wiranto memastikan bahwa yang terlibat dalam aksi kerusuhan tersebut adalah"napi terorisme". Ketika kerusuhan terjadi, kantor berita ISIS, Amaq News Agency mengakui bahwa insiden tersebut dilakukan oleh gerilyawannya.

30 hingga 40 napi terorisme yang menjadi dalang kerusuhan diketahui bagian dari Jamaah Anshorut Daulah (JAD), jaringan kelompok ekstrimis Indonesia yang berafiliasi dengan kelompok ISIS pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi, ungkap Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto. Saat kerusuhan terjadi, salah satu tuntutan narapidana adalah bertemu dengan Aman Abdurrahman, pimpinan ISIS di Indonesia.

Empat hari sebelum kerusuhan terjadi, kepolisian Jawa Timur menahan tiga orang yang diduga merencanakan serangan bom bunuh diri di Mako Brimob. Teror yang diarahkan kepada aparat kepolisian menjadi perhatian publik. Tagar 'Tindak Tegas Terorisme' berada di posisi teratas sebagai ekspresi dukungan dan simpati warganet.

Presiden Joko Widodo juga menegaskan negara tidak takut terhadap terorisme.  "Negara dan seluruh rakyat tidak pernah takut dan tidak akan pernah memberi ruang kepada terorisme dan upaya-upaya yang mengganggu keamanan negara," kata Jokowi dalam jumpa pers di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (10/5/2018). 

ts/vlz (AP, New York Times, Kompas.com)