1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Debut Desainer dari Arab Saudi di Paris Fashion Week

6 Juli 2023

Tahun ini, desainer Arab Saudi diundang ke peragaan adibusana Paris Fashion Week. Partisipasi perdana desainer negara ini dinilai sebagai sejarah baru modernisasi Saudi di bawah Mohammed bin Salman.

https://p.dw.com/p/4TVGI
Ilustrasi peragaan adibusana di Fashion Week, Paris
Ilustrasi peragaan adibusana di Fashion Week, ParisFoto: MeetEurope/XinHua/dpa/picture alliance

Arab Saudi terus berusaha untuk masuk ke bisnis budaya global yang nilainya hingga mencapai multimiliar. Setelah konser dengan mendatangkan artis-artis internasional, desainer dari Arab Saudi juga mulai melangkah ke ajang peragaan busana di Paris Fashion Week.

Pertunjukan haute couture oleh desainer dari Arab Saudi, Mohammed Ashi, di ajang ini disebut oleh sang desainer sebagai "puncak karir saya," kata Ashi kepada kantor berita AFP di ibu kota Paris, Prancis, pada minggu ini.

Ashi telah malang-melintang di dunia mode internasional dan meniggalkan Arab Saudi pada hampir 3 dekade lalu. Promosi dia ke liga adibusana papan atas telah diatur dengan rapi saat Riyadh mengumumkan pekan modenya sendiri pada bulan Oktober dan mengatakan bahwa sebuah kebebasan baru akan menciptakan peluang bisnis ritel senilai $32 miliar setahun.

Harapan bagi desainer fashion asal Arab Saudi

Pertunjukan haute couture Paris, yang berlangsung hingga 6 Juli, telah menarik jurnalis mode dan selebritas ke ibu kota Prancis. Kerusuhan yang melanda Prancis pekan lalu setelah penembakan oleh polisi yang menewaskan seorang remaja menambah ketidakpastian kepada penyelenggaraan program ini. Namun hanya segelintir label yang membatalkan hadir di acara tersebut.

Fashion hanyalah salah satu strategi penguasa de facto Putra Mahkota Mohammed Bin Salman mengalihkan bisnisnya dari minyak ke hiburan seperti film, olahraga, video game, dan pariwisata. Perubahan sosial yang dramatis tengah terjadi di dalam kerajaan ini.

Banyak yang khawatir itu semua hanya tabir untuk meredakan kritik terhadap catatan hak asasi manusianya, terutama setelah peristiwa pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul tahun 2018.

Namun, perubahan sosial ternyata berdampak lebih jauh dan lebih dalam daripada yang sebelumnya diperkirakan.

"Selama dua tahun pertama, saya hampir tidak percaya itu nyata, tetapi kemudian saya menyadari, wow, ini nyata," kata desainer lain kelahiran Jeddah, Arab Saudi, yakni Yousef Akbar, 37, yang memulai label fesyennya di Australia pada 2017. Akbar telah mendandani sejumlah orang kenamaan seperti Nicole Kidman dan Rita Ora. 

"Saya benar-benar tidak pernah berpikir saat masih kecil bahwa ini akan terjadi. Ketika saya memulai merek (fashion) saya di Australia, saya pikir seluruh hidup saya akan ada di sana karena saya seorang perancang busana," tambah Akbar. Ia kini juga menjalankan bisnis dari Jeddah.

Ciptakan peluang besar

Kalangan elit Saudi terkenal gemar menghabiskan banyak uang untuk berbelanja merek-merek mewah internasional untuk dipakai di ruang pribadi mereka.

Namun Komisi Mode Saudi mengatakan adanya kebebasan baru seputar pakaian di ruang publik dan sektor swasta yang berkembang diperkirakan akan mendongkrak penjualan ritel sebesar 48% menjadi $32 miliar antara tahun 2021 dan 2025.

Komisi tersebut ingin agar uang sebanyak ini tetap berada di negara tersebut, dengan menciptakan program 100 merek Saudi untuk menginkubasi desainer lokal. Burak Cakmak, Kepala Eksekutif Komisi Mode di Kementerian Kebudayaan Arab Saudi, mengatakan ada fondasi yang stabil untuk industri fesyen rumahan.

"Hanya karena negara ini tidak terekspos ke seluruh dunia, bukan berarti mereka baru saja memulainya," ujar Cakmak di Paris. "Saya mengadakan acara untuk sebuah merek minggu ini yang telah ada sejak tahun 70-an."

Komunitas queer memang sangat memengaruhi industri fesyen di seluruh dunia, tapi kaum LGBTQ di Arab Saudi menghadapi penindasan yang parah. Negara ini mengkriminalkan hubungan sesama jenis.

"(Pihak berwenang) pasti sadar bahwa banyak couturier dan desainer adalah gay," kata Susanne Koelbl, penulis buku yang berjudul Behind the Kingdom's Veil.

Koelbl mengatakan bahwa dengan pendekatan Saudi yang cenderung mencoba mengabaikan dan menutup mata hampir di segala hal, situasi mungkin berubah. "Mungkin Anda tidak bisa menari telanjang di atas meja, tapi hampir semua hal lain mungkin dilakukan saat ini, selama keluarga Anda setuju dengan itu dan Anda setia kepada penguasa," kata Koelbl.

"Ini adalah proses reformasi yang terencana dan terjadwal dengan baik yang akan mengubah masyarakat sepenuhnya," kata Koelbl.

"Rakyat Saudi cenderung tidak revolusioner dan untuk sebagian besar memang ada peluang baru dan besar, terutama bagi perempuan."

Ini tentu saja menjadi kegembiraan yang ditunggu-tunggu bagi mereka yang diuntungkan.

ae/hp (AFP, reuters)