1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pancasila Jaga Toleransi di Indonesia

11 April 2019

Menjadi minoritas di Indonesia bagi seorang Romo Vinsensius Adi Gunawan tidak serta-merta membuatnya merasa dipinggirkan. Ia percaya Pancasila dapat menjadi pedoman hidup warga Indonesia dalam berbangsa dan bernegara.

https://p.dw.com/p/3EM1h
Indonesische Diasporas in Deutschland
Foto: DW/RIzki Akbar Putra

Memiliki lebih dari 300 kelompok etnik membuat Indonesia begitu beragam. Dalam setiap kelompok tersebut biasanya mereka memiliki kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri biologis. Tapi kini keberagaman tersebut tercoreng akibat sikap primordial dan intoleransi yang kerap muncul.

Tergerusnya toleransi inilah yang juga menjadi perhatian seorang pastor asal Indonesia yang bermukim di Jerman, Vinsensius Adi Gunawan. "Kita (bangsa Indonesia) sebenarnya tahu bahwa kita hidup dalam keberagaman. Itu sudah diajarkan sedari kecil,” kata pria yang akrab dipanggil Romo Vinsen itu. Walau pun kini toleransi akan keberagaman sedikit tercoreng akibat kondisi politik, Romo Vinsen yakin kehidupan bertoleransi akan kembali mewarnai Indonesia. "Saya berharap bahwa kehidupan bertoleransi di Indonesia akan semakin kuat. Ini adalah nilai yang kita pegang sejak dahulu,” katanya.

Memiliki latar belakang etnis dari timur Indonesia dan beragama Katolik tentu membuat kata minoritas melekat pada dirinya. Namun, pastor kelahiran Flores, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, 42 tahun silam tersebut percaya bahwa sesungguhnya kehidupan multi agama serta multikultural di Indonesia telah tertanam pada masing-masing masyarakat Indonesia.

"Kelompok minoritas di Indonesia adalah kelompok minoritas agama dan kelompok minoritas etnis," kata Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya. Mengingat banyaknya kasus intoleransi yang terjadi di Indonesia kini, maka senada dengan Romo Vinsen, ia mengatakan, "menjaga keberagaman adalah bagaimana cara bertahan hidup di Indonesia," ujarnya.

Melayani umat di Jerman

Romo Vinsen kini menetap di Jerman dan bekerja sebagai staf pengajar (dosen) di Sekolah Tinggi Filsafat – Teologi (Philosophisch-Theologische Hochschule), Sankt Augustin, Jerman, sekaligus menjadi pastor untuk umat Katolik Indonesia di negara bagian Nordrhein-Westfalen (Bochum, Bonn, Düsseldorf dan Köln).

Romo Vinsen menetap di Jerman sejak tahun 2013 setelah sebelumnya menyelesaikan pendidikan Teologi, Musikologi dan Etnomusikologi dan tinggal di Polandia selama 14 tahun. "Saya bercita-cita jadi Pastor Katolik. Dalam perjalanan waktu setelah saya lulus kuliah filsafat di Maumere saya diminta melanjutkan pendidikan ke Polandia,” tuturnya.

Kehidupan di Indonesia yang indah

Ia mengisahkan awal keberangkatannya ke negara asing meninggalkan nusantara. Romo Vinsen merasa kepergiannya ke Polandia sebagai pelarian kesehariannya yang monoton dan berekspektasi pada suatu hal baru yang luar biasa. "Setelah kita naik pesawat meninggalkan Jakarta dan sampai di Eropa yang dingin. Baru kita tersadar ternyata tanah air kita indah sekali. Cuaca indah, alam indah, lautnya yang indah dan selalu hangat. Membuat kita merasa betah,” ujarnya.

Terlebih saat ia telah menyelesaikan pendidikan doktoralnya di bidang kebudayaan, membuat rasa cinta akan tanah air semakin besar dan merindu. "Betapa indahnya Indonesia. Ini harus kita tunjukkan ke masyarakat dunia. Toleransi keberagaman bagaimana kita bisa hidup bersama dan kesederhanaan kita,” katanya.

Pancasila untuk masa kini dan masa depan

Di samping segala status minoritas yang kental dengan latar belakangnya, Romo Vinsen masih optimistis terhadap masa depan Indonesia. Ia mengaku selalu mengikuti Pemilu Indonesia di mana pun ia berada dan juga akan ikut serta dalam Pemilu 2019 mendatang. "Semoga Pemilu 2019 menjadi ajang pesta demokrasi yang santun, berbudaya serta saling menghargai perbedaan,” ujarnya. Ia berharap kepada presiden yang nantinya terpilih bisa menjadi sosok pemersatu bangsa dan konsisten dengan semangat Pancasila.

Kepada semua elemen bangsa Indonesia ia juga berharap. "Kita punya Pancasila, jika kita mampu mengemban nilai-nilainya saya yakin Indonesia akan tetap aman, maju dan dihargai di mata dunia. Sehingga marilah kita hidup bersama, kita menerima satu sama lain apa adanya,” katanya penuh semangat. (ts/ap) 

Wawancara dilakukan oleh Rizki Nugraha, wawancara tambahan oleh Geofani Anggasta.