1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pameran Video Game di Leipzig

Miranti Hirschmann8 September 2006

Pekan raya permainan video game terbesar di Eropa, yang digelar pada 24 hingga 27 Agustus lalu di Leipzig, tempat perusahan video game mempromosikan produk terbaru dan pengunjung bisa mencoba memainkannya.

https://p.dw.com/p/CPWS
Video Game yang semakin interaktif
Video Game yang semakin interaktifFoto: AP

Björn yang berusia 15 tahun sedang memainkan permainan sepak bola Piala Dunia melawan Italia. Ia memposisikan dirinya sebagai penyerang kesebelasan Jerman, Lukas Podolski. Sebuah joystick di tangan dan matanya tak lepas dari layar besar di hadapannya. Berkali-kali ia menendang bola yang terpasang erat pada sebuah spiral. Dengan begitu, Lukas Podolski di layar komputer juga ikut menendang.

"Saat ini saya sedang main sepak bola dengan Shootpad. Kita harus menendang bola yang ada dibawah ini. Tapi saya hanya menggunakan Joystick untuk bergerak. Bedanya, ini lebih interaktif dan bagi saya, dan lebih menyenangkan.“

Melahirkan Trend Baru

Berbagai jenis permaianan baru dipromosikan oleh berbagai perusahaan. Dari sekian banyak yang ditampilkan, Jürgen Hilse, dari Badan pengawas permainan komputer Jerman, melihat banyaknya produk yang berusaha menciptakan trend baru yang berbeda.

Inilah yang harus dipikirkan. Misalnya pada permainan ini, saya tidak sekedar menekan-nekan tombol tapi juga harus menari, menyanyi. Dan ini membuatnya berbeda. Setidaknya ini membantah anggapan bahwa permainan video game membuat anak-anak menjadi bodoh, malas, tak mau beranjak, bahkan makan pun di depan layar permainan komputer.“

Couch Potato adalah istilah yang digunakan bagi para pecandu permainan video. Gambarannya adalah: anak anak yang ketagihan main komputer ini biasanya jadi gemuk, malas dan lamban. Industri video game berusaha menghilangkan citra buruk ini dengan menciptakan permainan yang membutuhkan gerak. Rupanya ini malah menjadi trend baru. Dengan begitu, orang juga bisa menciptakan lebih banyak permainan.

Untuk Orang Dewasa Juga

Permainan video game yang dikombinasikan dengan gerakan tak hanya digandrungi kaum muda. Di hall 4, seorang pria berusia 45 tahun ditemui sedang menari di atas sebuah karpet. Ia tampak berkeringat karena sibuk mengkombinasi langkah diatas karpet yang diperintahkan di layar monitor. Kelihatannya tidak begitu mudah.

Saya harus melewatinya. Orang juga bisa menurunkan berat badan dengan main video game dan permainan ini menyenangkan. Tetapi banyak orang menertawakan hal ini terutama para wanita. Dan lebih lagi, istri saya.“

Sasaran Konsumen, Bukan Hanya Laki-laki

Permainan komputer tidak hanya didominasi oleh anak lelaki. Para pembuat permainan video game juga mulai membidik anak perempuan sebagai target pasar dengan formula permainan yang gerakannya lebih sedikit, tokoh yang lucu, banyak strategi dan jauh dari kekerasan.

Pada layar monitor, anak-anak perempuan bisa mengatur kota atau taman hiburan. Di area anak-anak perempuan di pameran ini, yang menjadi favorit adalah Nintendo DS-lite, yaitu sebuah alat sedikit lebih besar dari telepon genggam dengan dua layar, yang tentunya dilengkapi dengan tombol tombol. Pada satu layarnya tampak tokoh utama permainannya. Pada layar satunya tampak tokoh itu dengan pensil kecil yang menunjukan kemana ia bergerak atau apa yang harus ia lakukan berikutnya.

Valeska, yang berumur 9 tahun duduk diatas bantal bantal merah muda pada antrian yang hanya terdiri dari anak-anak perempuan, mengatakan:

"Saya main Nintendox. Dengan mainan itu orang bisa memelihara anjing, bisa bermain dengan anjingnya. Kita bisa melempar bola juga main gelembung sabun. Bagi saya ini menyenangkan karena kita bisa sibuk dengan anjing itu dan tak akan pernah bosan.”

Tak berbeda dengan Sandra, yang berumur 10 tahun. Ia sangat menggemari permainan Nintendo DS yang dimilikinya sejak beberpa bulan lalu sebagai hadiah naik kelas.

"Menurut saya, mainan ini bagus karena kita tidak harus bermain dengan hanya satu tokoh tapi dapat memilih beberapa tokoh. Kita juga tidak harus bermain di tempat yang itu-itu saja. Karena kita bisa membawa alatnya ke mana-mana. Kita bisa mengganti kaset nintendo yang berbeda. Ini menyenangkan sekali.”

Pengaruh Buruk Video Game

Namun tidak semua video game bersuasana lucu dan menyenangkan. Beberapa saat lalu, tiga bersaudara Jerman keturunan Turki menciptakn sebuah permainan komputer bernama Crystal yang bertemakan pembunuhan. Pemilik Microsoft Bill Gates memujinya, namun di Jerman sendiri permainan itu dirundung masalah. Pemerintah melarang peredarannya karena dianggap terlalu brutal.

Beberapa riset melaporkan, bahwa orang-orang yang bermain video game yang bertema kekerasan menjadi lebih agresif dan bekangan mampu melakukan kejahatan dan perampokan.

Berdasarkan laporan itu, sebuah tim dari Universitas Aachen Jerman membuat sebuah penelitian. Mereka meminta beberapa pria untuk memainkan sebuah permainan yang menuntut mereka membunuh seorang teroris untuk menyelamatkan beberapa sandera. Para peneliti menemukan bahwa pemetaan otak para pemain menunjukkan kesamaan aktifitas dengan orang-orang yang melakukan kekerasan secara nyata.

Dari hasil pemindaian pada sebuah adegan permainan perkelahian, beberapa bagian dari otak yang berhubungan dengan emosi tampak tertutup. Dengan penemuan ini, para peneliti memperingatkan bahwa permainan video game bisa memicu kekerasan.