1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

170111 Möbelmesse

19 Januari 2011

Dibandingkan dengan negara yang mengandalkan upah rendah, Jerman lebih mengandalkan kualitas. Industri mebel Jerman kembali mengalami pertumbuhan. Tetapi ada kekhawatiran karena harga bahan baku terus meningkat.

https://p.dw.com/p/zzWz
Logo Pameran Furnitur Internasional Köln 2011

Furnitur dengan nuansa putih, bahan baku alami dan dapur terbuka merupakan trend dalam Möbelmesse Köln atau Pameran Furnitur Internasional di kota Köln tahun 2011. Seperti juga pada mode pakaian dan desain, industri mebel juga mengubah prioritasnya. Jerman tidak harus serba bisa, tetapi meengkhususkan diri pada produk produk berkualitas, jika ingin bersaing dengan para produsen asal Cina.

Ursula Geismann dari Asosiasi Mebel Jerman mengakui adanya distribusi yang betul-betul baru dalam pasar furnitur dunia, „Kami selalu memiliki lebih banyak mebel import dari Asia dan negara-negara Eropa dan kami ingin mengatakan bahwa globalisasi berarti polarisasi. Artinya, pada masa mendatang akan muncul lebih banyak mebel yang lebih mahal dan juga mebel murah lebih bernilai dan mebel dari segmen menengah akan makin kecil.“

Asia dan negara-negara Eropa Timur dapat memproduksi dengan biaya murah, karena upah mereka jauh lebih rendah dibandingkan dengan Jerman. Meskipun begitu, Jerman masih memiliki konsumen dari seluruh dunia. Selain desain yang unik, kualitas yang baik dan pengiriman yang terjamin merupakan andalan mebel Jerman. Pelanggan utama Jerman adalah Perancis, Belanda dan Austria. Lapisan masyarakat kaya di India dan Cina sangat menggemari meja dan lemari buatan Jerman.

Sebaliknya dalam pasar domestik Jerman, permintaan terhadap furnitur dengan harga terjangkau cukup besar. Namun harga yang murah tidak menjamin baiknya kualitas, dikatakan Dirk Uwe Klaas, kepala Asosiasi Mebel Jerman. “Setiap satu dari dua orang di Jerman membeli mebel import. Bagaimanapun saya tahu, tidak akan ada barang impor yang datang dalam jumlah signifikan ke sini dengan kualitas tinggi.”

Hampir seperempat dari seluruh impor mebel di Jerman berasal dari Polandia dan Cina berada di tempat ke-dua. Tapi para produsen Jerman tidak mau bersaing di pasar mebel murah, tandas Dirk Uwe Klaas. „Di Jerman dan Eropa kita tidak bisa menang melawan harga upah dumping.“

Jadi strategi mereka adalah, mengutamakan spesialisasi untuk memperkuat industri furnitur dan mengejar ketinggalan karena krisis ekonomi. Dengan peningkatan dua persen pada tahun 2010, pasar mebel nampaknya kembali bangkit. „Jika kita memprediksi tiga tahun ke depan, kita akan dapat pulih dari kerugian yang dialami selama krisis keuangan dan ekonomi. Untuk diketahui, kita mengalami kerugian sebelas persen pada tahun 2009,“ papar Dirk Uwe Klaas.

Tahun 2010 lalu, setidaknya industri furnitur Jerman mulai mengalami pertumbuhan 2 hingga 3 persen. Industri ini berperan dalam pemulihan pasar ekspor. „Tema "Made in Germany" kembali pada karisma lama dan kejayaannya, tidak hanya untuk pasar Eropa tapi juga pada pasar Rusia dan Asia,“ dikatakan Dirk Uwe Klaas..

Namun demikian, ada keprihatinan dalam cabang industri ini. Naiknya harga bahan baku sangat mempengaruhi para produsen. Semua bahan kayu, seperti papan partikel, harganya naik 15 persen. Juga bahan plastik, harganya naik secara fantasitis. Bagi konsumen, ini berarti produk lemari buatan Jerman keluaran terbaru harganya naik 10 persen dibandingkan tahun 2010.

Industri mebel Jerman saat ini mempekerjakan lebih dari 100,000 orang. Pameran furnitur ini mendapat dorongan dari konjuktur dan mengharapkan pengunjung yang lebih banyak dari pameran pada tahun 2005.

Annika Reinert/Miranti Hirschmann

Editor: Yuniman Farid