1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Alih Wahana Konten Kini Jadi Penting

18 Oktober 2019

Buku asal Indonesia yang banyak diminati adalah genre anak. Keunggulan utamanya adalah karena ilustrasi yang sangat baik dan mudah dimengerti.

https://p.dw.com/p/3RQUP
Frankfurter Buchmesse | Indonesischer Stand
Foto: DW/Y. Pamuncak

Indonesia kembali hadir dalam Pameran Buku Frankfurt 2019. Dengan tema ‘17.000 islands of imagination' Paviliun Indonesia menghadirkan ratusan jenis konten mulai dari buku cetak hingga tokoh animasi.

Dalam pameran buku terbesar di dunia tersebut, buku cetak tidak lagi hanya menjadi medium utama yang dipertunjukkan. Namun kekuatan konten yang dapat dialihwahanakan lah yang kini sedang banyak dipromosikan oleh para pelaku industri perbukuan global.

Pentingnya potensi alih wahana

Frankfurter Buchmesse | Indonesischer Stand
Salah satu ilustrasi "Gukguk” karya Muhammad Taufik.Foto: DW/Y. Pamuncak

"Coba kita liat di Pameran Buku Frankfurt ini, sudah bukan lagi sebagai ajang pameran buku dalam bentuk cetak, melainkan fokus kepada konten,” kata Ketua Komite Buku Nasional (KBN) Laura Bangun Prinsloo. Dengan alasan tersebut kini KBN juga sangat gencar mempromosikan konten-konten asal Indonesia yang punya potensi dialihwahanakan ke berbagai media.

"Alih wahana ini lah yang ingin kita genjot, sehingga tahun ini kita juga memiliki satu katalog yang kita namakan licensing. Kita pilih karakter-karakter yang baik dari buku-buku terbitan Indonesia, yang bisa memiliki kemungkinan untuk dialihwahanakan ke merchandise, ke film, ke animasi, dan lainnya,” ujar Laura.

Indonesia unggul soal ilustrasi

Laura mengungkapkan, Indonesia memang unggul dan dapat bersaing dalam membuat ilustrasi atau gambar dari sebuah karakter konten buku. Hal itu pula yang menyebabkan tingginya minat pada buku-buku genre anak terbitan Indonesia dalam pameran-pameran buku internasional.

"Memang tidak bisa dipungkiri ilustrasi Indonesia itu cukup baik dan bisa bersaing di pentas dunia. Dari segi cerita, gambar dan penyajian, buku anak kita sangat bersaing,” kata Laura.

Frankfurter Buchmesse | Indonesischer Stand
Ketua Komite Buku Nasional Laura Bangun Prinsloo.Foto: DW/Y. Pamuncak

Pamerkan budaya lewat buku

Selain bertujuan untuk menjual hak cipta penerbitan buku, Pameran Buku Frankfurt juga menjadi ajang Indonesia untuk promosikan budaya. "Pameran Buku Frankfurt adalah salah satu wahana kita untuk menunjukkan kebudayaan dan cita rasa Indonesia melalui buku-buku,” ujar Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Berlin Ahmad Saufi.

Menurut Ahmad, target tahun ini Paviliun Indonesia dapat menjual hak cipta sebanyak atau bahkan melebihi perolehan dari Pameran Buku Frankfurt tahun lalu. "Tahun ini 350 judul buku yang kita bawa dari 10 penerbit. Target kita kurang lebih tidak jauh dari tahun lalu, kita ingin 50-60 judul buku bisa kita jual hak ciptanya,” katanya.

Pameran Buku Frankfurt sendiri diselenggarakan mulai dari 16 Oktober hingga 20 Oktober 2019. Tahun ini Norwegia adalah negara yang menjadi tamu kehormatan. Para penulis, penerbit, industri kreatif, dan pegiat budaya berdatangan dari seluruh belahan dunia. Tak hanya konten cetak, konten digital kini pun menjadi salah satu fokus dalam pameran ini. (yp/ae)