1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Palestina dan Israel Tetap Lanjutkan Perundingan Damai

16 September 2010

Walau pun Israel hingga saat ini masih belum menghentikan pembangunan pemukiman Yahudi, Presiden wilayah otonomi Palestina Mahmud Abbas tetap melanjutkan perundingan perdamaian hingga menghasilkan solusi nyata.

https://p.dw.com/p/PE8a
PM Israel Benjamin Netanyahu berjabat tangan dengan Presiden otonomi Palestina Mahmoud Abbas, Yerusalem, Rabu (15/09).
PM Israel Benjamin Netanyahu berjabat tangan dengan Presiden otonomi Palestina Mahmoud Abbas, Yerusalem, Rabu (15/09).Foto: AP

Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dan Presiden wilayah otonomi Palestina Mahmud Abbas mengadakan pertemuan di Ramallah. Dalam pertemuan mereka, ditegaskan bahwa perundingan perdamaian antara Israel dan Palestina akan terus berjalan. Meski, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak ingin memperpanjang moratorium pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat Yordan. Sebenarnya Abbas pernah menyatakan bahwa pembangunan pemukiman itulah yang membuatnya berpikir bahwa perundingan telah berakhir.

Hari Kamis (16/09), bersama Clinton Abbas mengatakan bahwa tidak ada pilihan lain selain perundingan damai, dan oleh sebab itu tidak ada pilihan lain bagi rakyat Palestina untuk melanjutkan upaya ini. "Saya tahu, ini adalah masa-masa sulit, dan persyaratannya pun sulit. Tapi upaya Amerika untuk mencapai perdamaian, sangat intensif, " kata Abbas.

Tidak diketahui bagaimana menteri luar negeri Amerika Serikat mampu mengubah pandangan presiden wilayah otonomi Palestina. Tapi keceriaan Hillary Clinton yang ditunjukkan di Sharm El Sheikh, Yerusalem dan Ramallah seperti perdamaian di Timur Tengah sudah tercapai.

"Amerika Serikat dan kami semua di bawah pimpinan Presiden Obama merasa bahwa kami berkewajiban dan bertekad untuk menghasilkan perjanjian damai melalui perundingan langsung, yang membawa Palestina menjadi negara yang mandiri, berdaulat dan bertahan hidup dan menebus kerinduan rakyat Palestina akan kenyataan," ujar Clinton.

Menlu AS Hillary Rodham Clinton melambaikan tangan di Ramallah, usai bertemu Presiden Mahmoud Abbas, Ramallah, Kamis (16/09).
Menlu AS Hillary Rodham Clinton melambaikan tangan di Ramallah, usai bertemu Presiden Mahmoud Abbas, Ramallah, Kamis (16/09).Foto: AP

Hillary Clinton kemudian melanjutkan perjalanan ke Amman, Yordania, dan bertemu dengan Raja Abdallah. Selain Presiden Mesir Hosni Mubarak, Raja Abdallah merupakan pendukung terpenting perundingan damai Palestina dengan Israel.

Perundingan langsung antara Perdana Menteri Netanyahu dan Presiden Abbas yang berlangsung beberapa hari lalu belum menampakkan gebrakan berarti. Namun utusan khusus Amerika Serikat di Timur Tengah George Mitchell menilai pertemuan tersebut sebagai keberhasilan, karena kedua pemimpin itu langsung membicarakan inti permasalahan konflik Timur Tengah.

Seperti dikatakannya Rabu lalu, “Kedua pemimpin menjadwalkan penanganan masalah utama tidak hingga akhir pembicaraan. Juga di malam ini mereka membicarakan langsung inti permasalahan konflik antara Israel dan Palestina. Kami memandangnya sebagai isyarat kuat bagi kepercayaan kedua pihak bahwa perdamaian mungkin tercapai dan keinginan mereka untuk mencapai kesepakatan.“

Rabu malam (15/09), Mitchell tampil dalam jumpa pers sendirian, usai pertemuan ketiga dalam dua hari antara Abbas dan Netanyahu tersebut. Ia memuji kecepatan dialog itu. Mitchell membandingkan perundingan perdamaian di Irlandia utara pada tahun 1998, yang berhasil ditengahinya.

"Harapan kami adalah proses ini sudah dimulai. Perundingan ini ditempuh dengan langkah cepat. Pada masa lalu saya sudah mengalami hal serupa yaitu Irlandia Utara. Berkaitan dengan ini saya ingin mengatakan bahwa perundingan di Irlandia Utara berlangsung selama 22 bulan, dan diperlukan waktu berbulan-bulan untuk bisa masuk ke penanganan masalah satu-satunya, yang paling serius, dan substansial, yang memisahkan kedua pihak," tutur Mitchell.

Amerika Serikat ingin terus menjadi juru penengah antara Israel dan Palestina, demikian ditegaskan Mitchell, “dengan kesabaran, ketekunan dan keteguhan.“

Sebastian Engelbrecht/Luky Setyarini

Editor: Dyan Kostermans