1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

150811 Pakistan USA China

16 Agustus 2011

Di mana ada asap, di situ ada api. Betulkah laporan media Inggris dan Amerika bahwa Pakistan mengizinkan pakar Cina meneliti teknologi tinggi militer AS?

https://p.dw.com/p/12Hox
Drohne Reaper MQ-9Foto: AP

Di kacamata Amerika Serikat, sikap badan keamanan Pakistan kerap mencurigakan. Badan Intelijen Pakistan, ISI, memang siap berada di mana-mana. Tapi apakah mereka bisa dipercaya?

Tuduhan bahwa Pakistan telah mengizinkan militer Cina untuk memeriksa helikopter kamuflase AS sudah terdengar sejak Mei. Tapi beritanya tenggelam dibalik sorotan tewasnya Osama Bin Laden. Pertanyaan yang muncul berbeda. Apakah ISI tidak tahu bahwa Osama Bin Laden bersembunyi di tengah Abbottabad, kota pelatihan pasukan militer. Atau mereka mengetahuinya dan mengijinkan bin Laden tinggal di sana?

Versteck von Osama bin Laden in Pakistan
Persembunyian Osama bin Laden di AbbottabadFoto: picture alliance/Ton Koene

Menurut Jendral purnawirawan Pakistan, Talad Masood, "Apakah dilakukan dengan sengaja atau hanya kebodohan dinas rahasia, yang tidak tahu di mana ia berada. Keduanya tidak bisa dimaafkan. Tapi kini meluas pandangan negatif mengenai Pakistan di seluruh dunia. Tekanan dari segala sisi ini sangat kontra produktif. Semakin Pakistan dipojokkan, semakin sulit pula bagi Pakistan untuk bermitra dengan negara lain."

Yang pasti: Sejak Mei lalu, Amerika kehilangan kepercayaan pada militer Pakistan. Mereka tidak memberitahu ISI mengenai operasi penangkapan Bin Laden. Dan sesudahnya, Pakistan kehilangan muka. Dibalik semua celaan terhadap Pakistan, ada satu tuduhan mendasar. Yakni bahwa pemerintah Islamabad tidak berusaha cukup keras melawan jaringan ekstrimis al-Qaida dan Taliban. Meski di permukaan Pakistan tampak memerangi teror, mereka juga memiliki hubungan erat dengan kaum ekstrimis.

Flash-Galerie Spuren des Terrors
Serangan teror Mei 2011 di PeshawarFoto: AP

Javed Alam dulu berpangkat Jendral di Badan Intelijen Pakistan ISI. Ia mengaku, Pakistan terjepit diantara dua front. Tuturnya, "Pasca 2001 ada banyak Taliban di Pakistan. Ketika itu kami harus punya kontak dengan mereka. Akal sehat menunjukkan, bahwa kami perlu berhubungan dengan semua pihak."

Dulu ISI pernah bekerjasama langsung dengan Taliban, namun ini sudah lama berhenti. Sebaliknya, militer Pakistan dan ISI kerap menunjukkan betapa kerasnya mereka terhadap kaum Taliban di perbatasan Afghanistan. Walaupun mereka tak mampu menghentikan semua kegiatan kaum radikal. Begitu ungkap pakar keamanan, Mohammed Amir Rana. Tambahnya, "Ada lebih 100 organisasi militan yang berkiprah di sini. Banyak kawasan tak dapat kami kuasai, misalnya kawasan persukuan di Punjab Selatan. Milisi-milisi ini mendapatkan dukungannya dari kota-kota besar dan bersembunyi di wilayah Pakistan."

(
PM Cina, Wen Jiabao (kiri) bersama PM Pakistan Yousuf Raza Gilani (kanan) di IslamabadFoto: picture alliance/dpa

Celaan lain kini juga terdengar, yaitu bahwa Pakistan lebih memprioritaskan saingan besar Amerika Serikat, Cina. Inipun tidak aneh, mengingat bahwa pemerintah Washington menahan kucuran sebagian dana bantuan tahunan untuk Pakistan, kemudian melancarkan serangan pesawat tanpa awak yang menewaskan banyak warga sipil, dan Cina memang tengah menggalakkan upaya pendekatan ke negara Asia Selatan.

Bukan saja volume perdagangan antara Cina dan Pakistan sudah mencapai 10 milyar dolar, tapi Cina adalah pemasok senjata terpenting bagi Pakistan.

Jürgen Webermann / Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra P asuhuk