1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Oposisi Iran Tuntut Bebaskan Tahanan

7 Juli 2009

Pemimpin oposisi Iran, Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi menyerukan agar dibebaskannya ratusan orang yang diciduk polisi usai demo pasca pemilihan presiden. Mereka juga mengecam kekerasan pasukan keamanan Iran.

https://p.dw.com/p/IjFG
Foto: AP

Pernyataan bersama yang dikeluarkan Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi, menegaskan, bahwa gelombang penangkapan warga yang tak bersalah harus segera dihentikan, dan yang sudah terlanjur ditahan segera dibebaskan.

Iran Wahlen Mehdi Karroubi
Mehdi KarroubiFoto: AP

Kedua pemimpin oposisi itu juga mengecam tindakan keras pasukan keamanan Iran yang menciduk orang-orang tak bersalah ketika menyapu asrama-asrama mahasiswa dan kawasan perumahan. Serunya, apabila hak rakyat untuk bersuara itu dihormati, dan bila rakyat tidak dibohongi dan dilecehkan, maka pemilihan presiden lalu tak mungkin menjadi krisis nasional.

Pergolakan politik di Iran telah menggoncang tonggak-tonggak rejim yang memerintah. Wahied Wahdat Sagh, dari Lembaga Eropa untuk Demokrasi mengatakan bahwa berbagai kelompok menentang pemerintah Iran saat ini.

Tuturnya, “oposisi di Iran secara historis sangat luas. Orang lupa, bahwa dalam oposisi juga terdapat kaum royalis yang dulu mendukung Shah Iran. Di Iran masih banyak orang yang menginginkan sistim kerajaan yang konstitusional. Selain itu ada kelompok nasionalis yang sekuler, ada kelompok sosial demokrat dan gerakan kiri sosial yang belakangan kian menguat. Mereka semua melihat, bagaimana benih demokrasi pada demonstrasi damai itu dihancurkan secara brutal.”

Iran Wahlen Demonstration in Teheran am Sonntag 28 Juni
Mir Hossein Mousavi bersama para pendukungnya ketika kampanye pemilihan presiden.Foto: AP

Kepala Kepolisian Iran, Esmail Ahmadi Moghadam pekan lalu mengatakan, bahwa dua pertiga dari 1000 orang yang diciduk saat demonstrasi berlangsung sudah dibebaskan. Sementara organisasi-organisasi hak azasi manusia menyebutkan bahwa yang ditahan hampir 2000 orang. Karenanya, tak heran bahwa kini tengah disiapkan sebuah petisi untuk menginvestigasi pelanggaran HAM yang berlangsung selama kerusuhan pasca pemilihan Presiden Iran.

Kepada televisi Aljazeera, Payam Akhavan, mantan jaksa PBB ahli pelanggaran dan kejahatan perang, serta pendiri Pusat Dokumentasi HAM Iran menegaskan, rejim Iran tak mungkin bisa terus menekan rakyatnya, kecuali dengan tangan besi.

Ia menjabarkan, “kami memiliki bukti bahwa milisi Basij mendatangi rumah sakit-rumah sakit dan dokter-dokter di sana menandatangani keterangan kematian untuk para demonstran yang dibawa pergi oleh anggota milisi. Menilik sejarah rejim ini, mengenai brutalitasnya terhadap oposisi, maka ada dasar untuk menduga bahwa kinipun pelanggaran HAM sudah terjadi. “

Menguatnya tekanan terhadap rejim Iran juga menimbulkan reaksi keras. Apalagi tersebar isu bahwa Amerika Serikat telah memberikan lampu hijau kepada Israel untuk menyerang Iran.

Isu ini disangkal tegas oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama, meski begitu pemuka agama Iran, Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan, bahwa para pemimpin negara asing yang berusaha memanfaatkan situasi di Iran harus awas, karena Iran akan bereaksi. Juga jurubicara parlemen Iran Ali Larijani memperingatkan bahwa Teheran akan menyalahkan Amerika Serikat, bila Israel menyerang Iran.

Sementara di Iran saat ini, satu diantara sembilan pegawai lokal Kedutaan Inggris masih belum dibebaskan. Selain itu, seorang akademisi perempuan warga Perancis ditahan di penjara Evin atas tuduhan mata-mata.

EK/ML/dw/aljazeera/afp/rtr