1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Oposisi Iran Rencanakan Unjuk Rasa Lagi

17 Juni 2009

Kementrian Luar Negeri Iran tuding sejumlah media asing jadi corong pemberontak.

https://p.dw.com/p/IEp3
Unjuk rasa memprotes hasil pemilihan presiden Iran juga berlangsung di Berlin, Jerman, Selasa (16/06).Foto: AP

Para pendukung Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi, dua kandidat presiden Iran yang kalah dalam pemilu, kembali merencanakan unjuk rasa Kamis besok (18/06) dan mengabaikan larangan pemerintah. Pemberitahuan disebarkan antara lain lewat surat elektronik, email.

Sebelumnya, Mousavi menyerukan kepada para pendukungnya untuk melakukan demonstrasi damai, atau berkumpul di mesjid-mesjid, Kamis besok, guna menunjukkan solidaritas kepada mereka yang terbunuh dalam kerusuhan setelah pemilu. Dalam pernyataan di situs internetnya Mousavi menyampaikan dukacita kepada keluarga korban dan menyatakan akan ikut ambil bagian dalam peringatan.

Sedikitnya tujuh orang tewas dan ratusan lainnya ditangkap di berbagai penjuru Iran dalam bentrokan yang dipicu ketidakpuasan terhadap hasil pemilu, sejak Sabtu lalu. Oposisi menuduh pemerintah melakukan kecurangan dan manipulasi.

Rabu ini (17/06) Kementrian Luar Negeri Iran mengatakan, sejumlah media asing menjadi corong para pemberontak yang menodai citra negara itu. Selasa kemarin media asing dilarang melaporkan unjuk rasa yang disebut tidak sah.

Pemerintah Iran juga memblokade layanan pesan pendek selama sepekan lebih. Sementara jaringan utama telepon genggam beberapa kali diputus. Meski demikian, rekaman video, foto dan protes tetap berhasil dimuat di internet dan situs-situs populer seperti YouTube dan Facebook, walaupun pemerintah Iran memblokade kedua situs tersebut.

Teheran memerintahkan aparat keamanan menghadapi para demonstran dengan kekerasan dan menuduh unjuk rasa didalangi kekuatan asing. Reaksi datang antara lain dari Presiden AS Barack Obama.

Ia mengatakan, "Penting untuk mengenali bahwa cara termudah bagi kekuatan reaksioner di dalam Iran untuk menghancurkan reformis dan mengatakan AS lah yang mendorong mereka. Saya katakan, 'lihat, terserah pada rakyat Iran untuk membuat keputusan. Kami tidak ikut campur.' Pada akhirnya, pertanyaan yang harus dijawab pemimpin Iran adalah kredibilitas mereka sendiri di mata rakyat Iran. Jika ada 100 ribu orang turun ke jalan memprotes secara damai dan dihadapi dengan kekerasan dan senjata, itu menunjukkan rakyat Iran tidak yakin pada legitimasi pemilu."

Obama juga berharap rejim di Teheran tidak merespon unjuk rasa dengan kekerasan. Optimiskah Obama bahwa hal itu akan terjadi? Ia memilih bersikap tunggu dan lihat.

Pada rapat kabinet hari ini di Teheran, Presiden Mahmud Ahmadinejad mengatakan, hasil pemilihan presiden merupakan persetujuan rakyat terhadap pemerintah.

Secara de facto, pemilu adalah referendum yang diikuti 40 juta orang mengenai sistem islami di Iran. Dan merupakan pernyataan puas terhadap prestasi pemerintah, ketika 25 juta diantaranya menerima bentuk manajemen negara ini, kata Ahmadinejad merujuk pada jumlah suara yang ia peroleh. Ahmadinejad mengumpulkan hampir 63% suara dalam pemilihan presiden pekan lalu.

Sementara itu, pemenang Nobel perdamaian asal Iran Shirin Ebadi menyerukan dilakukannya pemilu baru. Penghitungan ulang suara tidak akan membawa hasil apapun, kata Ebadi kepada Radio Free Europe. Tetapi kali ini pemilu harus diawasi oleh pemantau internasional, tandasnya.


HP/RP/afp/dpa/rtr