1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Oposisi Iran Kecewa Terhadap Khamenei

19 Juni 2009

Pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Khamenei secara resmi berbicara mengenai hasil pilpres di Teheran (19/06). Ia mengatakan, ekstremisme harus diakhiri. Jika tidak Iran terancam "darah, kekerasan dan kekacauan".

https://p.dw.com/p/IV0r
Ayatullah Ali KhameneiFoto: AP

Jumat kemarin (19/06) saat shalat Jumat di Universitas Teheran, pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Khamenei menyampaikan khotbah pertamanya setelah pemilu presiden yang telah memicu kerusuhan di negara itu. Inti dari pidatonya adalah Khamenei secara jelas menempatkan dirinya ke pihak Presiden Mahmoud Ahmadinejad. Ia mengkritik pedas orang-orang yang menyalahgunakan aksi unjuk rasa sebagai sarana tekanan untuk menentang hasil resmi pemilu:

"Adu otot dan adu kekuasaan di jalan-jalan adalah salah. Sebaiknya datanglah dan ikutilah pesta untuk merayakan pemilu ini. Bila ada orang yang memilih jalan lain, saya akan datang kembali dan akan berbicara secara terbuka."

Demo am 5 Tag nach der Präsidentenschaftswahl in Teheran 18 Juni 2009
Demonstrasi memprotes hasil pilpresFoto: Ghalam

Khamenei ingin akhiri perpecahan

Melalui pidatonya Khamenei jelas ingin mengakhiri perpecahan yang tercermin dalam aksi protes warga yang tidak puas dengan hasil pilpres. Ia secara tidak langsung mencela para kandidat presiden yang kalah yang dengan inisiatif sendiri menyerukan pertemuan-pertemuan massa dan demonstrasi. Khamenei selanjutnya mengatakan, mereka sedianya memperhatikan suara Dewan Pengawal Konstitusi Iran dan menunjukkan rasa puas bahwa hasil pilpres saat ini sedang diperiksa.

Pidato Khamenei memperkuat posisi fraksi konservatif di sekitar Ahmadinejad. Dan ini sama sekali tidak dapat diartikan sebagai sinyal yang dapat menenangkan situasi. Pada hari-hari terakhir ini sejumlah besar tokoh oposisi ditangkap. Oleh karena itu, sangatlah sulit untuk berbicara dengan seorang tokoh oposisi. Isa Saharkhis, jurnalis dan oposisi yang masih bebas mengutarakan: "Ayatullah Khamenei telah menegaskan hasil pemilu dan dengan begitu menunjukkan, ia telah mengetahui rencana kecurangan. Sekarang ia ingin memaksa kami menerima presidennya, Ahmadinejad. Ia mengancam oposisi dan lawan Ahmadinejad yang sebenarnya adalah lawannya juga."

Iran Wahl Protest Flash-Galerie
Pendukung Mir Hossein MousaviFoto: AP

Saharkhis: Fokus masalah adalah kekuasaan tertinggi klerik

Ayatullah Khamenei telah memberikan ucapan selamat kepada Ahmadinejad hari Sabtu (13/06), sehari setelah pilpres. Menjelang pemilu, Khamenei berulang kali menyatakan dukungannya kepada Presiden Ahmadinejad. Pada shalat Jumat kemarin (20/06) ia berulang-ulang mengatakan, kebijakan Ahmadinejad sesuai dengan pandangannya. Saharkhis yang juga adalah penerbit sejumlah harian terlarang, misalnya koran "Aftab" yang berorientasi reformasi, mengutarakan: "Tak seorang pun dari pendukung kandidat oposisi Mir Hossein Mousavi mengikuti shalat Jumat itu. Ini berarti bahwa mereka tidak dapat lagi mengharapkan apa pun juga darinya. Pemilu tidak lagi merupakan fokus permasalahan, melainkan "Velayate Faghih" atau kekuasaan tertinggi klerik dan Ayatullah Khamenei sendiri."

Iran Wahlen Khamenei Rede Mahmud Ahmadineschad Anhänger
Pendukung Presiden Mahmoud AhmadinejadFoto: picture alliance / dpa

Saharkhis: Tidak ada bedanya antara monarki dan pemerintah Iran saat ini

Saat shalat Jumat (19/06) Khamenei mengatakan, di Iran berlaku UU, dan Dewan Pengawal Konstitusi Iran memeriksa sumber sengketa. Dewan ini adalah bagian dari pemerintahan Iran dan memiliki posisi yang sangat penting di samping pemimpin spiritual. Hashemi Rafsanjani adalah ketua dewan yang terdiri dari 12 anggota itu. Pada saat kampanye, mantan presiden Iran itu menyatakan dukungannya bagi Mousavi. Putrinya bahkan ikut berdemonstrasi. Tapi menurut Saharkhis, Rafsanjani tidak dapat mengambil keputusan sendiri. Saharkhis kemudian mengatakan, apa yang dialami Iran pekan lalu dan apa yang dikatakan Khamenei pada shalat Jumat menunjukkan bahwa sekarang tidak lagi ada bedanya antara monarki dan pemerintahan Iran saat ini.

Dewan Pengawal Konstitusi akan meneliti pengaduan atas tuduhan kecurangan dalam pemilu hari Sabtu ini (20/06). Pendukung kandidat presiden yang kalah merencanakan demonstrasi massal yang akan diikuti oleh Mousavi dan mantan presiden Muhammad Khatami.

Shabnam Nourian/Christa Saloh
Editor: Rizki Nugraha