1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Oposisi Ejek Pidato Mursi

27 Juni 2013

Presiden Mohamed Mursi menawarkan kepada para lawan politiknya sebuah perubahan konstitusi, tapi pada saat bersamaan mengecam musuhnya yang ia tuduh merusak demokrasi yang baru berkembang di Mesir.

https://p.dw.com/p/18xRK
Foto: Imago

Pidato ini ia sampaikan sebagai jawaban atas tuntutan kelompok oposisi yang mendesak ia mundur dari jabatannya. Pada saat presiden dari kubu Islamis itu mengakhiri pidatonya di televisi pada Kamis (27/6) pagi, kelompok liberal mengatakan bahwa mereka tidak mendengar sesuatu yang baru dari pidato itu, termasuk tawaran mengikutsertakan mereka ke dalam komite untuk merancang reformasi kelembagaan dan melakukan kaijan mengenai “rekonsiliasi nasional”.

Rencana kelompok oposisi untuk menggelar protes besar pada hari Minggu mendatang, bersamaan dengan satu tahun naiknya Mursi sebagai pemimpin pertama Mesir yang terpilih secara demokratis, tetap tidak berubah. Setelah dua orang terbunuh dalam perkelahian jalanan pada hari Rabu, potensi kerusuhan semakin terbuka karena pada saaat bersamaan kelompok Islamis pendukung Mursi juga berencana turun ke jalan.

Peringatan Kelompok Militer

Ketidakstabilan politik di negara Arab terbesar itu bisa menciptakan guncangan melampaui garis perbatasan. Negara itu sejak lama dikenal sebagai sekutu Amerika, yang hingga kini masih memberikan dana bantuan besar bagi angkatan bersenjata Mesir.

Militer yang selama puluhan tahun menjadi kekuatan yang tak bisa dibantah dalam politik Mesir, telah memperingatkan bakal kembali ke politik untuk mengembalikan ketertiban. Kepala angkatan bersenjata duduk di barisan depan hadirin saat Mursi berpidato di Kairo,

Jendral Abdel Fattah al Sisi, yang diangkat oleh Mursi, telah memperingatkan para politisi yang bertikai bahwa jika mereka gagal mencapai konsensus dan kekerasan semakin tak terkontrol, maka tentara akan melakukan intervensi.

Dalam pidato tiga jam itu Mursi mengatakan bahwa “polarisasi politik dan konflik telah mencapai tahapan yang mengancam pengalaman demokrasi kita yang masih baru dan mengancam akan menciptakan kekacauan dan kelumpuhan seluruh bangsa.”

Meski mengakui sejumlah “kesalahan” namun Mursi tidak menyebutkannya secara spesifik. Ia berjanji melakukan reformasi untuk membantu kaum muda Mesir yang jumlahnya bertambah banyak dengan cepat. Ia berjanji mengurangi jumlah pengangguran dan menaikkan upah minimum, tapi pada saat bersamaan, Mursi mengecam para musuhnya yang telah menciptakan ketidakstabilan yang telah mendorong ekonomi ke dalam krisis.

Tapi kelompok liberal bergeming dan bahkan mengejek pidato Mursi yang panjang, serangan pribadi presiden kepada sejumlah tokoh publik dan para penonton pendukung, yang terlihat bersorak di televisi saat presiden menyampaikan pidato.

“Tuntutan kami adalah mempercepat pemilihan presiden dan karena itu tidak disinggung dalam pidato itu, maka respon kami adalah tetap turun ke jalan pada 30 Juni nanti,” kata Mahmoud Badr, dari kelompok oposisi yang merupakan inisiator aksi turun ke jalan menandai satu tahun kekuasaan Mursi. ”Saya harap ia akan ikut menonton.”

Badr, wartawan berusia 28 tahun yang meluncurkan sebuah petisi untuk menggulingkan Mursi di bawah slogan “Pemberontak Tamarud!”, mengatakan dirinya telah mengumpulkan 15 juta tandatangan dalam dua bulan. ”Saya malu bahwa laki-laki ini telah menjadi presiden negara saya,” kata dia.

Sabotase

Lewat campuran kemarahan dan humor, pidato Mursi membuat kelompok Islamis pendukungnya yang berada di antara hadirin bersorak, saat ia menyerang musuhnya kelompok liberal yang ia katakan telah menolak tawaran dialog dan menuangkan racun “sabotase”.

“Saya mengambil tanggung jawab atas negara yang kini terperosok oleh korupsi dan menghadapi sebuah perang yang ingin membuat saya gagal,” kata dia sambil menyebut nama sejumlah pejabat penting, termasuk hakim dan bekas perdana menteri yang ia kalahkan dalam pemilu tahun lalu, serta “para preman” yang ada di sekitarnya. Ia juga mengecam sejumlah pemilik media yang bersikap memusuhi pemerintah, dan menuduhnya melakukan penipuan pajak.

Selama dua jam, ia menawarkan ranting zaitun -- sebuah tawaran untuk para pemimpin partai agar menggelar pertemuan secepat mungkin pada hari Kamis untuk memulai perubahan konstitusi.

Didorong melakukan referendum tahun lalu, konstitusi telah menjadi target utama keberatan kelompok oposisi bahwa Mursi telah menggunakan kekuatan mobilisasi Ikhwanul Muslimin dengan dasar hasil pemilu untuk mengabaikan pendapat orang lain.

Mursi juga menawarkan sebuah komite “rekonsiliasi nasional” yang termasuk diantaranya adalah para pemuka agama Islam dan Kristen. Kelompok minoritas dan sekular Mesir cemas Mursi akan menundukkan mereka agar memberlakukan syariat Islam.

Tanggapan Oposisi

Khaled Dawoud, juru bicara koalisi partai-partai liberal yang mendukung kampanye petisi mengatakan, bahwa seruan Mursi untuk bekerjasama bukan hal baru dan karena itu tak perlu dianggap serius.

“Pidato membosankan yang tidak berisi apa-apa,” kata bekas kandidat presiden kelompok kiri Hamdeen Sabahi.

Ribuan orang yang berkumpul di lapangan Tahrir di Kairo, tempat lahirnya revolusi, melambaikan kartu merah ala pertandingan sepakbola bertuliskan: “keluar”.

ab/vlz (afp,dpa,ap)