1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Negosiasi Mengecewakan, Demonstran Tetap Duduki Lapangan Tahrir

7 Februari 2011

Dialog antara pemerintah Mesir dan kelompok oposisi gagal mengakhiri aksi unjuk rasa di Kairo. Para demonstran yang telah menduduki Lapangan Tahrir, menolak meninggalkan lokasi aksi hingga Husni Mubarak mundur.

https://p.dw.com/p/10CP2
Alun-alun TahrirFoto: picture-alliance/dpa

Awal pekan ini tekanan kembali digulirkan terhadap Presiden Mesir Husni Mubarak untuk mundur dari jabatannya. Berselubung selimut, beralaskan terpal. ribuan demonstran bermalam di Lapangan Tahrir, yang dalam dua minggu terakhir ini lebih menyerupai kamp perkemahan.

Para pemrotes duduk di bawah jalur tank tentara yang dialokasikan di sekitar lapangan, di tengah kecemasan bahwa tentara akan mendesak mereka mundur atau membiarkan mereka digasak tanpa ampun oleh massa pro-pemerintah.

Para aktivis memblokade jalan masuk menuju Gedung Mugamma, jantung birokrasi Mesir, yang terletak di lapangan itu. Ratusan orang yang ingin mengurus dokumen pribadi, seperti akte kelahiran ataupun paspor, terpaksa gigit jari.

Para demonstran sempat menangkap seorang pria yang kedapatan membawa bensin. Lelaki itu dicurigai ingin membakar gedung, dan menimpakan kesalahannya kepada para pemorotes. Para demonstran kemudian menggiring dan menyerahkan pria tersebut kepada tentara.

Banyak kalangan kelas menengah muda yang bertahan mengikut aksi protes. Seorang pialang saham. Ibrahim Elwi misalnya merasa rakyat harus tetap pada tuntutannya: „Jika kita pergi dari sini, maka tak akan pernah kita mendapat hak-hak kita. Melainkan masih akan terus ditekan. Apa lagi yang akan dapat membuatnya pergi? Saat ini ia tidak mau. Apa lagi yang akan terjadi, bila dia nantinya lebih kuat lagi?"

Hari Minggu kemarin, wakil presiden Mesir Omar Suleiman, melakukan pendekatan dengan kelompok oposisi dan mengajak mereka menyepakati pembentukan proyek awal demokrasi. Namun para pengunjuk rasa tak terkesan dengan gagasan itu. Kelompok oposisi Ikhwahnul Muslimin mengulangi tuntutan mereka agar Mubarak mundur dan menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya.

Sementara itu juru bicara pemerintah Mesir, Magdi Radi mengungkapkan partai-partai setuju untuk membentuk Komitee Reformasi Konstitusi, dan disebutkannya, bahwa para politisi mengkaji dan mengusulkan perubahan konstitusional dan amandemen legislatif, pada awal Maret nanti.

Pihak negosiator juga sepakat untuk membuka kantor pengaduan atas perlakuan buruk di penjara terhadap para tahanan, melonggarkan kekangan terhadap media, mencabut status darurat dengan alasan tergantung pada situasi keamanan, dan menolak campur tangan pihak asing. Namun Omar Suleiman menolak sebuah tuntutan kunci yang diajukan oposisi, yakni mengambil alih kekuasaan Mubarak dalam era transisi ini.

Seorang blogger, Gigi Ibrahim mengomentari perundingan itu: "Tidak ada negosiasi dalam titik ini. Orang-orang tewas. Banyak orang masih ditahan. Jurnalis dilecehkan. Tuntutan kami jelas : singkirkan rezim yang berkuasa, bubarkan parlemen , selenggarakan pemilu jujur dan adil , serta pemerintahan transisi.”

Tidak semua kelompok oposisi hadir dalam pertemuan itu. Mantan direktur Badan Energi Atom Internasional IAEA yang juga memimpin kubu oposisi, Mohamed El Baradei tidak diundang, dan mengritik pertemuan tersebut.

Sementara kelompok Ihwanul Muslimin bersedia ambil bagian dalam perundingan dengan alasan ingin melihat keseriusan pemerintah atas reformasi, namun memperingatkan bahwa konsesi awal yang ditawarkan belumlah cukup.

Ayu Purwaningsih

Editor : Hendra Pasuhuk