1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

NATO Minta Jerman Kirim Tentara Tambahan ke Afghanistan

15 Desember 2009

Jenderal Jerman pada NATO, Karl-Heinz Lather membela serangan udara NATO di Kunduz yang dijalankan atas perintah Jerman awal September lalu. Menurutnya Jerman harus mengirim sedikitnya 500 tentara tambahan ke Afghanistan

https://p.dw.com/p/L3B0
Gambar simbol. Menhan Jerman Guttenberg di depan bendera NATO dan AfghanistanFoto: AP Graphics/DW

Pimpinan staf militer di kantor pusat militer NATO yang disebut SHAPE, yaitu Jenderal Karl-Heinz Lather menuntut agar Jerman mengirimkan sedikitnya 500 tentara tambahan ke Afghanistan utara. Daerah itu berada di bawah komando Jerman. Lather berpendapat dua batalion tambahan harus dikirimkan. Jumlahnya sekitar 500 hingga 3.000 tentara, tergantung jumlah tentara di tiap satuannya.

Lather menjelaskan, "Dari sudut pandang SHAPE kami percaya, dilihat secara umum dua elemen manuver dibutuhkan. Jadi pasukan, yang dapat digunakan secara efektif oleh komandan di lokasi. Pasukan kedua akan ditempatkan untuk menjamin keamanan jalur logistik dari Asia Tengah ke bagian tengah Afghanistan melalui wilayah kita."

Tentara di Afghanistan Kurang

Georg Klein / Afghanistan / Bundeswehr
Kolonel Georg KleinFoto: AP

Dengan cara itu kemungkinan situasi di Afghanistan Utara akan menjadi stabil. Perkiraan Lather penting bagi debat yang sedang berlangsung menyangkut serangan udara NATO awal September lalu terhadap dua truk di Kunduz, yang diperintahkan tentara Jerman. Akibat serangan itu sejumlah besar orang tewas, baik anggota Taliban maupun warga sipil. Apakah serangan udara itu dapat dicegah jika di Kunduz saat itu ada lebih banyak tentara? Lather menjawab, ya, sejauh informasi yang diterimanya selama ini.

Karena komandan akan dapat mengirimkan tentara ke lokasi di mana truk tersebut terhenti. Bagi Lather langkah menyerang Taliban dan kedua truk tersebut tidak salah. Ia menambahkan, "Saya pikir, itu sasaran militer yang bisa dibenarkan, jika anda berpendapat bahwa kita sedang dalam situasi yang sama seperti perang." Menurutnya, keputusan dalam situasi taktis, di mana Kolonel Georg Klein memerintahkan serangan terhadap dua truk di Kunduz, memerlukan penilaian tersendiri.

Debat tentang Serangan di Afghanistan

Afghanische Polizeikräfte werden von deutscher Polizei ausgebildet.
Polisi Afghanistan (latar belakang) sedang dalam pendidikan di bawah pelatih dari JermanFoto: AP

Tetapi Jenderal Lather tidak memberikan pernyataan, apakah langkah membom truk tersebut benar. Itulah yang harus diteliti dalam kasus ini, demikian dikatakan Lather. Ia berpendapat, serangan udara berikutnya mungkin saja terjadi. Lather menambahkan, di Afghanistan situasinya seperti dalam perang, dan bukan situasi stabilisasi biasa.

Seharusnya ada debat tentang apa yang terjadi di Afghanistan, demikian pemimpin staf militer tersebut. Jika politisi Jerman membicarakan perang, segera terjadi debat menyangkut azas dalam konstitusi negara. Menteri Pertahanan Karl Theodor zu Guttenberg berbicara soal situasi di Afghanistan yang mirip dengan keadaan perang. Dengan demikian hukum perang internasionallah yang berlaku terhadap Kolonel Georg Klein yang memerintahkan serangan di Kunduz, dan bukan hukum pidana. Berdasarkan hukum perang internasional serangan militer, di mana warga sipil juga menjadi korban, bisa dibenarkan. Di sinilah tentara Jerman masih membutuhkan kejelasan, demikian dikatakan Lather.

Sementara itu Slovakia menyatakan akan menambah kekuatan pasukannya di Afghanistan menjadi dua kali lipat. Hal itu dinyatakan Presiden Ivan Gasparovic Selasa kemarin (15/12) kepada kantor berita pemerintah TASR. Saat ini Slovakia mempunyai mandat untuk mengirimkan 262 tentara.

Christoph Prössl / Marjory Linardy

Editor: Hendra Pasuhuk